angga juner

angga juner

Sabtu, 23 Oktober 2010

Tambang Timah Bangka Belitung : Bercermin (lah) Pada Penambangan Intan Voorspoed kepada Ekonomi Lokal

Tambang Timah Bangka Belitung : Bercermin (lah) Pada Penambangan Intan Voorspoed kepada Ekonomi Lokal




"Kita berada di era baru, dengan lebih terlibat langsung di dalam dan bersama komunitas. Kita berhasil mencapai tujuan karena kuatnya kemitraan dan komitmen yayasan kita terhadap perubahan dan pemberdayaan sosial"

Jennifer Oppenheimer, Ketua De Beers Fund


Tambang intan De Beers di Voorspoed senilai 1.3 milyar Rand atau sekitar 1.4 trilyun rupiah terletak sekitar 30 km sebelah Timur Laut Kroonstad, di Kecamatan Fezile Dabi, Provinsi Free State, Afrika Selatan. Waktu operasional adalah tahun 2006 – 2023 yang meliputi persiapan, eksploitasi, dan penutupan tambang (mine closure). Sebesar 26% saham Voorspoed yang beroperasi sejak Mei 2008 ini dimiliki oleh Ponaholo Trust, yang 50% nya dimiliki oleh karyawan dan pensiunan perusahaan dan 50% sisanya dimiliki oleh Ponahalo Investment Holdings. Voorspoed adalah contoh perusahaan tambang yang memiliki disain rencana lingkungan, rehabilitasi dan penutupan tambang bahkan sebelum intan ditambang dari tanah. Tambang intan De Beers terbaru ini merupakan perusahaan tambang pertama yang menerapkan peraturan penambangan Afrika Selatan terbaru tahun 2004 yang menempatkan semua hak kepemilikan di bawah pengawasan pemerintah, dan penambang harus memenuhi hak kepemilikan yang ketat, ambang batas sosial, lingkungan dan ketenagakerjaan.


Penambangan Intan

Tambang dengan sistem open cut mining ini diperkirakan mencapai kedalaman pit 360 – 420 m. Intan ditambang dengan pengeboran dan peledakan batuan. Batuan hasil ledakan diangkut dengan dump-truck ke sistem penghancur tingkat satu dimana dihasilkan batuan hingga berukuran 200 mm. Batuan tersebut diangkut dengan ban berjalan ke penghancur tingkat ke dua sehingga menghasilkan batuan berukuran 60 mm. Selanjutnya batu yang telah berukuran lebih kecil ditimbun sebelum diangkut dengan ban berjalan ke High Pressure Roll Crusher (HPRC), dimana terjadi penghancuran tahap ke tiga dan menghasilkan ukuran sekitar 1.5 – 25 mm. Pada tingkat produksi maksimum, unit penambangan akan menghasilkan rata-rata 4 juta ton biji kimberlite per tahun. Kepingan batuan diseleksi dengan sinar X, dan terakhir seleksi manual (hand sorting). Kapasitas produksi pengolahan batu ini adalah 4 juta ton per tahun dan diharapkan mampu menghasilkan lebih dari 10 juta karat.

Sekalipun intan yang dihasilkan sebagian besar tergolong berkualitas rendah namun Voorspoed dikenal sebagai penghasil intan bewarna merah muda (pink diamonds) dan kadang-kadang berukuran besar. Pink diamonds adalah jenis intan yang langka seperti halnya blue diamonds yang berpredikat intan terlangka di dunia. Jenis intan lain yang dikenal di dunia adalah orange diamonds, yellow diamonds, red diamonds, purple diamonds, black diamonds, dan green diamonds.


Kontribusi Terhadap Masyarakat Lokal

Kontribusi terhadap ekonomi lokal adalah dalam bentuk pekerjaan kecil, jasa, dan produk yang dibeli dari lokal selama pembangunan pabrik, termasuk upah tenaga kerja selama periode pembangunan. Selama periode penambangan lebih dari 1 milyar Rand atau sekitar 1 trilyun rupiah akan dihasilkan di Provinsi Free State. Selama pembangunan tersedia lapangan kerja bagi 1200 lowongan dan lebih dari 40% diisi oleh masyarakat sekitar. Kontribusi lebih besar akan dinikmati oleh Provinsi Free State selama masa operasional. Sejak mulai beroperasi, lebih dari separuh dari 190 personil telah direkrut dari daerah sekitar. Pada puncak produksi, diperkirakan lebih dari 70% tenaga dari 316 tenaga tetap dan 100 orang tenaga kontrak akan dicari dari daerah sekitar. Karyawan berumur kurang dari 35 tahun dan semua karyawan memiliki kualifikasi pendidikan lebih tinggi dibandingkan semua perusahaan tambang sejenis di Afrika Selatan.

Pengadaan barang oleh suplier lokal HDSA (historically disadvantaged South African) diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi regional melalui fasilitasi dan tranfer keterampilan dagang dan kewirausahaan. Berbagai jasa yang diperoleh secara lokal adalah transportasi karyawan, perawatan bangunan, kebersihan kantor, pekerjaan kecil (sipil dan mekanik), keamanan, katering, penyediaan peralatan bengkel, jasa kebun, pembuangan sampah, dan akomodasi. Jasa-jasa lain yang akan diberikan ke penyedia lokal, walau tidak harus adalah transportasi karyawan, pemisahan sampah dan pembuangan, pembersihan pengolahan, perawatan mesin, dan rehabilitasi. Perusahaan suplier milik warga negara Afrika Selatan yang berkulit hitam mendapat perhatian perusahaan.

Pengembangan ekonomi lokal meliputi proyek penerangan di dua kabupaten, perbaikan jalan, fasilitas pabrik paving block, pusat dukungan bisnis, peningkatan pendidikan, dan program investasi sosial. Pengembangan SDM termasuk pelatihan, beasiswa, magang, dan peluang untuk direkrut oleh perusahaan. Proyek yang terkait dengan investasi sosial dilaksanakan di sekitar lokasi pertambangan dan komunitas masyarakat seperti dilakukan di penambangan intan De Beers lain dengan Focus on Cullinan, Focus on Soweto, dan Focus on Limpopo. Berbagai aktivitas sosial dilakukan seperti pembuatan taman umum, rumah bagi anak penderita trauma, pusat pelayanan penyandang cacat pendengaran dan wicara, pelayanan kesehatan gigi, puskesmas dengan fokus pada penderita HIV/AIDS, rumah jompo, pembangunan sekolah dasar dan sekolah keguruan dan kependidikan, pembentukan band, kewirausahaan bagi wanita di daerah yang tergolong memiliki tingkat pengangguran yang tinggi, dan peningkatan kesadaran akan lingkungan hidup bermitra dengan WWF pada kegiatan Eco-School di Limpopo.


Lingkungan Hidup

Lokasi penambangan yang jauh dari penduduk tampaknya memberikan keuntungan bagi perusahaan. Rona awal lingkungan yang lebih didominasi tumbuhan bawah terutama rumput-rumputan Themeda aristata dan Themeda triandra (red grasses) juga memberikan kemudahan bagi revegetasi lahan pasca penutupan tambang. Jenis tumbuhan yang tidak dominan tercatat rumput Eragrostis sp. dan sejenis serai Cymbopogon sp. Fauna yang terlihat beberapa kilometer dari lokasi penambangan adalah jenis-jenis antelope atau disebut kudu (Tragelaphus spp.). Masalah lingkungan yang paling dicermati adalah debu, namun debu yang dihasilkan yakni 1200 mg/hari/km2 masih di bawah baku mutu.

Kepatuhan perusahaan akan undang-undang tercermin dari komposisi 50% HDSA di posisi manajemen dan jumlah minimal tenaga kerja wanita – women in mining (WIM) sebesar 10%. Perusahaan telah memperkerjakan 63% HDSA di posisi manajemen dan 22% WIM. Prosentase WIM di Voorspoed ini jauh lebih besar daripada prosentase WIM di penambangan intan sejenis di Afrika Selatan. Menurut Andy Taylor, Manager Operasi, jumlah tenaga kerja wanita diperlukan terkait pada tahapan seleksi warna batuan.

Perusahaan ini memenuhi berbagai dokumen yakni AMDAL (Environment Impact Assessment – EIA), Social Impact Assessment (SIA), Heritage Impact Assessment, dan Wetlands Assessment (lahan basah). Perusahaan juga mengacu pada EMP (environmental monitoring program), ISO 14001, dan penutupan tambang (mine closure) yang berkelanjutan. Informasi lingkungan dilakukan dengan melalui penelitian tipe tanah, daya dukung lahan, penggunaan tanah sebelum aktivitas penambangan, dan pemantauan. Alokasi untuk lingkungan termasuk rehabilitasi tahunan dan penutupan tambang sebesar R 86,5 juta atau sekitar 95 milyar rupiah. Untuk menjamin program rehabilitasi yang berkelanjutan, uji coba rehabilitasi dilakukan beberapa saat setelah aktivitas penambangan dimulai di tahun 2008 ini.

Kunjungan ke Voorspoed memotret upaya menyeimbangkan antara pendapatan perusahaan dan manfaat ekonomi baik langsung maupun tidak langsung dan pemberdayaan kewirausahaan masyarakat sekitar khususnya sebagian warga negara berkulit hitam yang kurang diuntungkan di masa lampau, serta kepatuhan perusahaan akan peraturan perundang-undangan baru yang mempedulikan aspek lingkungan, ketenagakerjaan dan sosial. Pembangunan berkelanjutan yang abadi menyerupai slogan perusahaan. De Beers – A diamond is forever.


Written By :

Eddy Nurtjahya
Dosen dan Peneliti Universitas Bangka Belitung
Published at Harian bangka Pos Edisi 17 Desember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar