angga juner

angga juner

Senin, 25 Oktober 2010

Arah Mata Angin

1.1. Arah Mata Angin

Mata angin terbagi atas 16 bagian dimana pada bagian mata angin tersebut terdapat struktur Pra-tersier dan struktur Barisan (Tersier). Lihat gambar:

Gambar Arah Mata Angin

Keterangan : U = Utara : 0° atau 360°

TL = Timur Laut : 45°

T = Timur : 90°

TG = Tenggara : 135°

S = Selatan : 180°

BD = Barat Daya : 225°

B = Barat : 270°

BL = Barat laut : 315°

Didalam arah mata angin ada16 arah mata angin, akan tetapi arah mata angin tersebut terbagi menjadi 2 yaitu arah mata angin utama dan arah mata angin tambahan. Arah mata angin utama ada 8 arah mata angin yaitu arah mata angin kearah utara, selatan, timur, barat, timur laut, tenggara, barat daya, barat laut. Sedangkan arah mata angin tambahan ada 8 pula, yaitu utara timur laut, timur timur laut, timur tenggara, selatan tenggara, selatan barat daya, barat barat daya, barat barat laut, utara barat laut. Dari ke-16 arah mata angin ini kita bisa menentukan tempat dan tujuan.

Untuk menentukan arah mata angin bisa juga tanpa kompas dan itu sering lakukan oleh orang-orang tidak memiliki kompas. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menentukan arah mata angin tanpa kompas, yaitu :

1. Makam/kuburan orang Islam.
2. Tempat ibadah (Masjid/Musholah).
3. Terbitnya matahari/bulan.
4. Lumut pada pohon.
5. Pucuk/ujung daun pada pohon.
6. Silet.

1.2. Pengenalan Kompas

Kompas, klinometer, dan “hand level” merupakan alat-alat yang dipakai dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan kombinasi dari ketiga fungsi alat tersebut. Jenis kompas yang akan dibahas disini adalah tipe Brunton dari berbagai merek.

Kompas adalah alat yang berfungsi untuk menetapkan/menunjukkan arah mata angin. Seorang pengembara dan ahli berkemah, harus mengetahui benar tentang Kompas. Dengan bersemboyan pada Kompas, ia akan dapat mengikuti jalan yang tertera dalam Peta, maka ia tidak akan tersesat dalam perjalanan/pengembaraan.Kompas geologi yang biasa digunakan adalah kompas geologi tipe Brunton.

ELEMEN KOMPAS GEOLOGI

Keterangan :

1. Sighting tip = pembidik utama

2. Sighting arm = pembidik lengan

3. Index pin = petunjuk

4. Clinometer scale = skala Klinometer

5. Damping Pin = pengunci

6. Sighting window = kaca pembidik

7. Mirror = Cermin

1.3. Prosedur Pengukuran Struktur Bidang

1.3.1 Menentukan Strike dan Dip

- Menentukan Strike

Dalam menentukkan Strike harus dilakukan :

1. Buka kompas sehingga terbentuk sudut 90o – 180o

2. Letakkan sisi East pada bidang miring yang akan di ukur.

3. Atur posisi kompas dengan mengotak-atik bagian bawah pada kompas sehingga posisi gelembung tepat ditengah – tengah mata sapi.

4. Baca nilai strike sesuai dengan arah jarum utara kompas. Cara pembacaan adalah N-E untuk skala 3600 atau N-E dan N-W untuk skala 90o.

- Menentukan Dip

Dalam Menentukan Dip/kemiringan dilakukan :

1. Setelah strike fiukur, buat garis horizontal yang menunjukkan arah strike.

2. letakkan sisi West kompas pada bidang dimana tegak lurus terhadap garis horizontal yag dibuat.

3. Atur Klinometer sehingga posisi gelembung udara pada long level benar-benar berada ditengah.

4. Lalu baca hasil dari nilai dip sebagai bidang yang di ukur.

1.4. Sistem Azimuth

Sebelum membaca system azimuth kita harus mengerti dahulu apa itu azimuth. Oleh karena itu kita artikan dahulu azimuth dan back azimuth, Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam.

Ada tiga macam azimuth yaitu :

1. Azimuth Sebenarnya,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran.

2. Azimuth Magnetis,yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran.

3. Azimuth Peta,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.

back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat atau 360 derajat.

Contoh :
30o sasaran baliknya adalah 30o + 180o = 210o
240o sasaran baliknya adalah 240o - 180o = 60o

Pada sistem azimuth busur pada lingkaran horison diukur mulai dari titik Utara ke arah Timur. Kadang-kadang diukur dari titik Selatan ke arah Barat. Jika Azimuth diukur dari Utara ke Barat atau berlawanan dengan arah perputaran jarum jam, biasanya dinyatakan negatif dan diberi tanda (-). Dengan demikian dapat dinyatakan misalnya Azimuth titik Barat 270 derajat adalah sama dengan -90 derajat.

N…….oE = N 045 oE

Mengukur lurus dan kemiringan dengan kompas azimuth, memiliki prosedur yaitu sebagai berikut :

1. Bukalah cermin kompas > 90o

2. Letakkan salah satu sisi kompas yang bertanda E atau W (bukan N atau S) pada bidang yang akan diukur.

3. Aturlah posisi kompas sedemikian rupa sampai horizontal dengan bantuan “mata lembu”. Tetapi harus dijaga agar sisi kompas tetap menempel pada bidang yang diukur (bila bidangnya renjul, lakukanlah itu dengan bantuan clipboard atau yang semacamnya).

4. Bacalah jarum utara dan segera catat agar tidak lupa (bila kompas diangkat, jarum akan bergerak). Angka yang anda baca adalah jurus bidang yang diukur.

5. Tandailah garis potong antara : bidang yang diukur dengan bidang dasar kompas (= bidang horizontal). Biasanya dengan menekan angka keras atau menggeser agak keras.

6. Ubahlan posisi kompas sehingga bidang dasar komp;as tegak lurus terhadap garis potong (= jurus) pada nomor 5.

7. Aturlah klinometer sehingga gelembung pengatur horizontal terletak di tengah. Kemudian bacalah angka yang ditunjukkan (dalam hal ini kompas dapat diangkat). Hasil yang diperoleh adalah besarnya kemiringan.

8. Putarlah kompas sedemikian rupa sehingga posisinya seperti dalam gambar II. 9C. Buatlah horizontal dan bacalah arah yang ditunjukkan jarum utara : misalnya N, NE, E, SE, S, SW, W, NW. Angkanya tidak perlu dicatat. Hasil pembacaan adalah arah kemiringan.

Kedudukan struktur bidang yang diukur dapat dicatat sebagai berikut : (misalnya) N 45oE/20oSE, artinya : jurus bidang adalah timur laut dan miring atau condong 20o ke arah tenggara. Bidang N 45oE/20o SE bisa juga dibaca dan dicatat sebagai N 225oE/20oSE. Angka yang pertama diperoleh karena yang ditempel adalah sisi yang bertanda E sedang angka yang kedua karena yang ditempel adalah sisi yang bertanda W.

1.5. Sistem Kuadran

Untuk mengukur jurus, lekatkan sisi kompas yang bertanda E atau W, letakkan horizontal dan baca salah satu ujung jarum. Dianjurkan agar selalu membaca angka pada belahan utara kompas (atau bagian dengan tanda N). Dengan demikian kita akan mempunyai bacaan-bacaan sebagai berikut N …E atau N….W (tidak akan terjadi S…E atau S…..W).

Untuk mendapatkan kemiringan prosedurnya sama seperti pada kompas azimuth, dan harus dinyatakan kemana arah kemiringannya. Untuk arah kemiringan hanya jarum utara yang dibaca.

Mempunyai pembagian derajat mulai dari derajat pada arah Utara dan Selatan sampai 90 derajat pada arah Timur dan Barat. Pembacaan dimulai dari arah Utara atau Selatan kearah Timur atau Barat sesuai kedudukan jarum kompas.

N….oE → N 045oE

S…..oE → S 045oE

N….oW → N 045oW

S….oW → S 045oW.

Proses Pembentukan Endapan batubara

Proses Pembentukan Endapan batubara

Tanpa membedakan Proses pembentukan endapan batubara yang sartu dengan yang lain, dapat diaktakan bahwa semua merupakan suatu proses dasar yang sama. Kebanyakan batubara didunia terbentuk dari beberapa juat tahun yang silam yang menurut para ahli geologi disebut dengan zaman batubara (cooal age). Ada dua periode zaman batubara tersebut. Yang pertama, zaman pra-tertier dimuylai pada 545 tahun yang silam (selama periode karbon) dan bnerakhir pada 280 juta tahun silam. Zaman batubara yang kedua, era iosen-meosin, dimulai sekitar sekitar 100 juta tahun yang silam dan berakhir pada 45 juta tahun yang silam.

  1. Tahap pertama: Pembentukan gambut

Iklim bumi selama zaman batubara adlah topis dan jenis tumbuh-tumbuhan tumbuh subur di rawa-rawa membentuk suatu hutan tropis. Setelah benyak tumbuhan mati dan menumpuk diatas tanah, tumpukan itu semakin lama semakin tenbal menyebabkan bagian dasar dari raw turunsecara perlahan-lahan dan material tumbuhan tersebut diuraikan oleh bakteri dan jamur. Tahap ini merupakan tahap awal pembentukan batubara (coal lification) yang ditandai dengan rangkaian biokimia yang luas. Selam prose penguriaan tersebut , protein, kanji dan selulosa mengalami penguraian yang lebih cepat dibandingkan material berkayu (lignin) dan bagian tumbuhan yang beerlilin (kulit ari daun, dinding spora, dan tepung sari). Karena itulah, dalam batubara yang mudah masih terdapat ranting, daun, spora, bijih, dan resin, sebagi sisa tumbuhan. Bagian-bagiab tunmbuhan itu terurai dibawah kondisi aerob menjadi karbon dioksida air, dan amoniak serta dipengaruhi oleh iklim. Proses ini disebut dengan pembentukan humus (humification) dan sebagi hasilnya adlah gambut.

  1. Tahap kedua : Pembentukan Lignit

Prose pembentukan gambut berlangsung tanpa menutupi endapan gambut tersebut dawah kondisi yang asam, dengan dibebaskanya H2O, CH4,dan sedikit CO2. Terbentuklah material dengan rumus kimia C65H2O30 atau ulmin yang dalam keadaan kering akan mengnadung karbon 61,7% hydrogen 0,3% dan oksigen 38%.

Dengan berubahnya tofografi daerah diselilinganya, gambut menjadi terkubur di bawah lapisan lanau (silt) dan pasir yang dinedapkan oleh sungai dan rawa. Semakin dalam terkubur, semakin bertambah timbunan sedimen yang menghimpitnya sehinggga tekanan pada lapisan gambut bertambah serta suhu naik dengan jelas. Tahap ini merupakan tahapan kedua dari prosesm pembentukan batubara atau yang disebut tahap metamorfik.

Penutupan rawa gambut memberikan kesempatan bada bakteri untuk aktif dan penguraian pada kondisi basa yang menyebabkanya CO2, dioksigenasi dari ulmin, sehinggga kandungan hydrogen dan karbon bertambah. Tahap kedua dari pembentukan batubara ini adlah pembentuakan lignit, yaitu batubra rank rendah yang mempunyai rumus perkiraan C79H5,5O14,1. Dalam kering, lignit mengandung karbon 80,4% dan oksigen 19,1%.

  1. Tahap ketiga: Pembentukan batubara subbitumen

Tahap selanjutnya dari proses pembentukan batubara ialah pengubahan batubara bitumen rank rendah menjadi batubara bitumen rank pertengahan dan rank tinggi. Selama tahap ketiga , kandungan hydrogen akan tetap konstan dan oksigen turun. Tahap ini merupakan tahap pembentukan batubara subbitumen (sub-bituminous caol).

  1. Tahap ke Empat: Pembentukan batubara bitumen

Dalam tahap ke empat atau tahap pembentukan batubara bitumen (bitumenios coal). Kandungan hydrogen turun dengan menurunnnya jumlah oksigen secara berlahan-lahansebelumnya. Produk samping dari tahap ketiga dank e empat ini adalah CH4,CO2, dan Mungkin H2O.

  1. Tahap ke lima: Pembentukan antrasit

Tahap ke lima adalah antrasitasi. Dalam tahap ini, oksigen hampir konstan, sedangkan hydrogen turun lebih cepat dibandingkan tahap-tahap sebelumnya. Proses pembentukan batubara merupakan proses reaksi kimia. Kecepatan reaksi kimia ini dapat diatur oleh suhu dan tekanan. Pengendapan dan tekanan yang menyebabkan adanya kenaikkan rank batubara sampai membentuk batubara rank paling tinggi, yakni antrasit. Susunan unsure karbon, volatile matter, calorific, value, dan moisture, dalam gambut, lignit, batubara subbitunen, dan bitumen.

ENDAPAN SEDIMEN RESIDUAL

ENDAPAN SEDIMEN RESIDUAL

(RESIDUAL DEPOSIT)

1. Pengantar umum genesa bahan galian

Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls). Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut (Gambar 1).

GAMBAR 1

ASPEK-ASPEK MEMPELAJARI GENESA SUATU ENDAPAN

Hubungan antara genesa endapan mineral (bahan galian) dengan beberapa ilmu yang ada pada industri mineral. Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).

2. Proses Pembentukan Endapan Residual

Endapan residual yaitu endapan hasil pelapukan dimana proses pelapukan dan pengendapan terjadi di tempat yang sama, dengan kata lain tanpa mengalami transportasi (baik dengan media air atau angin) seperti endapan sedimen yang lainnya. Proses pelapukan (weathering) biasanya terjadi secara fisika dan kimia.

GAMBAR 2

SKEMA PROSES ENDAPAN SEDIMEN RESIDUAL

Asal batuannya yaitu berupa batuan beku atau metamorf, mengalami pelapukan berupa penghancuran, baik karena tekanan ataupun pelapukan alami (cuaca dan iklim) dan hancur berubah menjadi butiran-butiran (grain). Butiran-butiran tersebut akan menumpuk dicekungan tepat dimana batuan asalnya. Lalu

mengalami proses sedimen yaitu kompaksi dan sedimentasi.

Endapan sedimen ini umumnya membawa endapan lain yaitu berupa bahan galian dalam bentuk unsur -unsur kimia yang terkandung dalam mineral. Endapan-endapan mineral tersebut umumnya berbentuk badan bijih. Badan bijih yang terkandung di dalam residual deposit yaitu badan bijih yang terbentuk akibat perombakan batuan-batuan yang mengandung mineral bijih dengan kadar rendah, kemudian mengalami pelapukan dan pelarutan serta pelindian, dan selanjutnya mengalami pengayaan relatif hingga mencapai kadar yang ekonomis.

GAMBAR 3

BADAN BIJIH PADA RESIDUAL DEPOSIT

Proses utama yang terjadi adalah leaching (pelindian). Sebagai contoh endapan bauksit (hidrous alumina oksida) yang terbentuk akibat pelindian silika-alkali pada batuan asal berupa nephelin-syenit. Contoh lain adalah endapan nikel laterit (residu) akibat pelindian (leaching) batuan beku peridotit dan diikuti oleh proses pengkayaan supergen.

3. Endapan Sedimen Placer Residual

Endapan ini terbentuk di atas batuan asal. Akibat penguraian dan penghancuran secara mekanis. Batuan asal mengalami perombakan. Ukuran butir yang lebih kecil atau halus. Fragmen yang relatif lebih ringan dan mudah larut akan tertransportasi. Konsentrasi mineral berat morfologi atau topografi yang relatif datar. Pada topografi miring terjadi perpindahan konsentrasi mineral berat (residual) dan endapan eluvial (collovial).

Endapan Residual (Placer) terjadi karena :

  1. Pelapukan mekanis dan kimiawi,
  2. Mengalami pelindian (leaching),
  3. Konsentrasi (residual maupun supergene enrichment).

GAMBAR 4

ENDAPAN SEDIMEN RESIDUAL

4. Contoh Endapan Residual

Salah satu contoh dari endapan residual yaitu endapan Lateritik yang

meliputi dua endapan penting yaitu :

A. Endapan Nikel Laterit

Nikel laterit merupakan sumber bahan tambang yang sangat penting, menyumbang terhadap 40% dari produksi nikel dunia. Endapan nikel laterit terbentuk dari hasil pelapukan yang dalam dari batuan induk dari jenis ultrabasa. Umumnya terbentuk pada iklim tropis sampai sub-tropis. Saat ini kebanyakan nikel laterit memang terbentuk di daerah ekuator. Negara penghasil nikel laterit di dunia diantaranya New Caledonia, Kuba, Philippines, Indonesia, Columbia, dan Australia.

Istilah "laterite" bisa diartikan sebagai endapan yang kaya akan iron-oxide, miskin unsur silica, dan secara intensif ditemukan pada endapan lapukan di iklim tropis. Ada juga yang mengartikan nikel laterit sebagai endapan lapukan yang mengandung nikel dan secara ekonomis dapat di tambang. Batuan induk dari endapan Nikel Laterit adalah batuan ultrabasa, umumnya harzburgite (peridotite yang kaya akan unsur ortopiroksen), dunite, dan jenis peridotite yang lain. Profil Endapan Nikel Laterit (Gambar), Sedikitnya ditemukan komponen (horizontal) utama (dari bawah ke atas) :

GAMBAR 5

PROFIL ENDAPAN NIKEL LATERIT

a. Protolith

1). Merupakan dasar (bagian terbawah) dari penampang vertikal.

2). Merupakan batuan asal yang berupa batuan ultramafic (harzburgite, peridotit, atau dunit).

3). Nikel terdapat (muncul) bersama-sama dengan struktur mineral silikat dari magnesium-rich olivin atau sebagai hasil alterasi serpentinisasi).

4). Olivin tidak stabil pada pelapukan kimiawi “amorphous ferric hydroxides”, minor amorphous sili dan beberapa unsur tidak mobile lainnya.

GAMBAR 6

PROTOLITH

b. Saprolith

1). Fragmen-fragmen batuan asal masih ada, tetapi mineral-mineralnya pada umumnya sudah terubah.

2). Batas antara zona saprolite dan protolith pada umumnya irregular dan bergradasi.

3). Pada beberapa endapan nikel laterit, zona ini dicirikan dengan keberadaan pelapukan mengulit bawang (spheroidal weathering).

4). Dengan berkembangnya proses pelapukan, unsur Mg di dalam protholith umumnya terlindikan (leached), dan silika sebagian terbawa

oleh air tanah.

GAMBAR 7

SAPROLITH

GAMBAR 8

SPHERODIAL WEATHERING

c. Limonit

Bagian yang kaya dengan oksida besi akibat dari proses pembentukan zona saprolite (oksida besi dominan pada bagian atas dari zona saprolite) à horizon limonit.

d. Tudung besi (erriginous duricrust, cuirasse, canga, ferricrete atau laterit residu)

Suatu lapisan dengan konsentrasi besi yang cukup tinggi, melindungi lapisan endapan laterit di bawahnya terhadap erosi.

B. Endapan Bauksit Laterit

Merupakan endapan residual tetapi sebagian ada yang berupa endapan koluvial dan aluvial. Terbentuk melalui proses pelapukan batuan aluminosilikat, pada kondisi subtropis hingga tropis. Jumlahnya mencapai 90% sumberdaya bauksit dunia. Bauksit laterit pada masa lampau terbentuk pada permukaan datar. Ditemukan sebagai bagian dari dataran tinggi pada

masa kini.

GAMBAR 9

DISTRIBUSI ENDAPAN BAUKSIT LATERIT


Daftar Pustaka

1. Sudarmono, Djuki, (2007), “Diktat Ganesa Bahan Galian”, Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Sriwijaya. Hal 28-31.

MAGMA

Sudah pada tahu belum bahwa Asal Magma itu bukan dari Inti Bumi. Tapi dari Mantel Bumi.Magma sendiri bisa terbentuk karena adanya pergerakan lempeng ataupun aktivitas di dalam mantel bumi.

Jadi Kita harus tahu definisi dari magma itu sendiri.Magma adalah Materi yang terbentuk di dalam mantel bumi yang memiliki suhu tinggi, bersifat asam atau basa, dan mempu menghasilkan gaya endogen yang besar. Magma yang muncul di permukaan Bumi berasal dari Mantel. Di permukaan Bumi, magma membeku dan membentuk batuan yang disebut sebagai batuan beku atau igneous rock. Oleh karena itu, magma secara sederhana sering didefinisikan sebagai batuan cair atau molten rock.

Tempat munculnya magma

Di permukaan Bumi, magma muncul di tiga lokasi yaitu di daerah pemekaran lempeng, di jalur vokanik yang berasosiasi dengan zona penunjaman lempeng, dan di daerah hot spot yang muncul di lantai samudera.

Magma yang muncul di zona pemekaran lempeng kerak Bumi berasal dari mantel dan membeku membentuk kerak samudera.Demikian pula magma yang muncul sebagai hot spot, berasal dari mantel. Hot spot ini di lantai samudera membentuk gunung api atau pulau-pulau gunung api di tengah samudera. Karena lempeng samudera terus bergerak, maka terbentuk deretan pulau-pulau tengah samudera, seperti Rantai Pulau-pulau Hawai di Samudera Pasifik.

Sementara itu, magma yang muncul di zona penunjaman berasal dari kerak samudera yang meleleh kembali ketika dia menunjam masuk kembali ke dalam mantel. Ketika berjalan naik ke permukaan Bumi, magma ini juga melelehkan sebagian batuan yang diterobosnya. Kemunculan magma ini membentuk deretan gunungapi. Di Indonesia, sebagai contoh, deretan gunungapi seperti ini memanjang mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara sampai ke Maluku. Di sekeliling Samudera Pasifik, deretan gunungapi ini membentuk apa yang dikenal sebagai Ring of fire.

Komposisi Magma

Karena suhu magma sangat tinggi dan keberadaannya sangat jauh di dalam Bumi, maka kita tidak dapat mengambil sampel magma dan kemudian mempelajarinya untuk mengetahui komposisinya. Oleh karena itu, untuk mengetahui komposisi magma dilakukan melalui pendekatan dengan mempelajari batuan beku yang berasal dari magma yang membeku.

Komposisi kimia magma sangat kompleks. 99% dari magma tersusun oleh 10 unsur kimia, yaitu Silikon (Si), Titanium (Ti), Aluminium (Al), Besi (Fe), Magmesium (Mg), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Hidrogen (H), dan Oksigen (O).

Tentang kelimpahannya, secara umum, SiO2 adalah yang paling banyak, menyusun lebih dari 50 % berat magma. Kemudian, Al2O3, FeO, MgO, CaO menyusun 44 % berat magma, dan sisanya Na2O, K2O, TiO2 dan H2O menyusun 6 % berat magma. Pada kenyataannya, kelimpahan unsur-unsur tersebut sangat bervariasi, tergantuk pada karakter komposisi magma.

Dengan konvensi, komposisi kimia magma dinyatakan dalam persen berat (% berat). Dalam bentuk senyawa kimia, unsur-unsur tersebut dinyatakan dalam bentuk SiO2, TiO2, Al2O3, FeO, MgO, CaO, Na2O, K2O dan H2O.

Proses Pengkristalan Magma

Karena magma merupakan cairan yang panas,maka ion-ion yang menyusunnya magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pengerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur. Proses ini disebut kristalisasi.Pada saat ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu dengan yang lainnya melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur.

Pada saat magma mengalami pendinginan,atom-atom oksigen dan silicon akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedral oksigen-solikon. Kemudian tetrahedral-tetrahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal dari bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristal yang berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperature yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair.

Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatile juga mempengaruhi proses kristalisasi. Karena magma dibedakan dari factor-faktor tersebut, maka kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut, maka penggolongan batuan beku dapat didasarkan faktor-faktor tersebut.

Selain ada komposisi magma definisi dan proses pengkristalan magma, ada juga istilah dari kantung magma. Kantung magma adalah ruang bawah tanah besar berisi batuan mencair yang berada di bawah permukaan kerak bumi. Batuan mencair di kamar magma berada pada tekanan yang besar, dan mendapat waktu yang cukup dan tekanan dapat mematahkan bebatuan di sekitarnya membuat jalan keluar untuk magma. Jika dapat menemukan jalan keluar ke permukaan, hasilnya adalah letusan gunung berapi. Kamar magma sulit untuk dideteksi.

Gundukan Magma

Gundukan magma yang kini muncul di permukaan puncak Gunung Merapi menjadi teka teki yang sangat harus diketahui, apakah itu pertanda gunung api setinggi 2.965 mdpl itu segera meletus.?? Desakan magma dari perut Merapi saat itu sudah mencapai permukaan puncak, dan magma itu kini berwujud gundukan material vulkanik yang bentuknya mirip leher memanjang ke atas setinggi 10 meter lebih.
Gundukan itu terletak di tengah puncak, tepatnya di blok C, sebelah timur kubah lava 97 (kubah lava hasil ketusan 1997). Saat ini gundukan tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang dari kawasan rawan bencana Merapi seperti Kaliurang, Turgo dan Kaliadem.

ENDAPAN SEDIMEN ALLUVIAL

I. Pengantar Genesa Bahan Galian

Dalam pembelajaran genesa bahan galian terdapat beberapa aspek-aspek keterdapatan, proses pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, serta faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian. Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah agar dapat menemukan jenis-jenis endapan baru serta mempelajari sifat-sifat fisik pada endapan tersebut, dalam bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut (Gambar 1).

GAMBAR 1

ASPEK-ASPEK PENELITIAN ENDAPAN

Adapun klasifikasi terhapa endapan bahan galian yaitu :

1. Berdasarkan karakteristik dan kesamaan segi

2. Persamaan proses genesa dan letak endapan

3. Kesesuaian teori dang lingkungan pengendapan

4. Dibuat sesedarhana mungkin sehingga mudah dalam penerapan dan fleksibel

Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin.

Endapan sedimen (sedimentary deposit) adalah tubuh material padat yang terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada kondisi tekanan dan temperatur yang rendah. Sedimen umumnya (namun tidak selalu) diendapkan dari fluida dimana material penyusun sedimen itu sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi. Definisi ini sebenarnya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan sedimen karena ada beberapa jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli sebagai endapan sedimen:

1. Di endapkan dari udara sebagai benda padat di bawah temperatur yang relatif tinggi, misalnya material fragmental yang dilepaskan dari gunung api

2. Di endapkan di bawah tekanan yang relatif tinggi, misalnya

Mineral bijih dapat diklasifikasikan berdasarkan proses terbentuknya yaitu insitu dan alluvial.

Endapan insitu terdiri dari fissure veins, bedded, impregnations, stringers, seams, dan stockworks.

Endapan alluvial merupakan endapan-endapan yang berasal dari perombakan endapa insitu. Menurut Hoover berdasakan kelompoknya ada dua prinsip dasar yaitu :

1. Endapan yang terbentuk secara sekunder sehingga lebih mudah dari pada batuan induknya.

2. Endapan yang terbentuk akibat sirkulasi laurtan channels.

Alluvial dapat mengandung mineral logam berharga seperti emas dan platina dan berbagai macam batu permata.

placers Aluvial adalah endapan yang dibentuk di masa kini dan masa lalu di gulches aliran air, sungai, dataran banjir sungai-sungai, dan delta. Pengerjaan ulang beberapa deposito ini bersama-sama dengan orang lain terbentuk sebagai hasil dari proses sedimentasi atau glasial oleh aksi gelombang dapat menghasilkan placers pantai, yang diperlakukan secara terpisah.

Placers Aluvial dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori umum - modern dan fosil. Perbedaan antara keduanya adalah umumnya sulit untuk membuat di lapangan. Placers terbentuk pada program air saat ini dan kebanyakan dari mereka dari Pleistosen dan jatuh berumur Tersier ke dalam kategori modern. Mereka yang usia lebih besar, biasanya dikubur dalam oleh endapan volkanik dan yg terletak atau lithified umumnya kita sebut fosil (paleoplacers). placers fosil terjadi di seluruh kolom geologi.

Endapan yang terletak di bawah permukaan air termasuk ke dalam endapan alluvial, yaitu endapan sekunder yang terkumpul dalam jumlah dan kadar yang tinggi melalui suatu proses konsentrasi alam yang letaknya sudah jauh dari batuan induknya, dan sudah sempat diangkut oleh sungai dan ombak laut.

Adapun contoh dari endapan alluvial adalah endapan alluvial timah, endapan alluvial pasir besi, endapan alluvial emas, endapan alluvial intan, endapan alluvial titanium, endapan alluvial kromit, endapan alluvial magnetit, dan lain-lain.

Endapan placer sendiri memiliki 4 media pengangkut, yaitu :

1. Air sungai (continental detrital).

2. Air laut (marine).

3. Angin (aeolian).

4. Es (glacial).

II. Penamaan dan penyebaran alluvial

Alluvial merupakan satuan batuan yang mengalami proses sedimentasi yaitu pembentukan endapan, pelapukan, transportasi yang dibentuk dari batuan sebelumnya. Alluvial biasanya terbentuk didaerah pantai dan didaerah sungai dengan pola penyebaran pada daerah penelitian berkisar 35% dari seluruh luas daerah penelitian.

Berdasarkan kenampakan alluvial memperlihatkan warna putih pada batuan pasir baik ukuran butir yang halus maupun. Berdasarkan penilitian terdahulu biasanya alluvial berumur holosen, dan pada hubungan stratigrafi endapan alluvial yang lebih tua yaitu batuan granit (plutonik).

GAMBAR I

ALLUVIAL DEPOSITS

Endapan Alluvial pada proses pembentukannya sangat tergantung dari bahan induk asal tanah dan topografi, punya tingkat kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan bahan organic dari rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung dari bahan induk

Setelah batuan pembawa unsur mineral terbentuk akibat dari pengaruh cuaca (iklim) menyebabkan terjadinya atau terbentuknya desintegrasi dan terkomposisi. Kejadian akan terus berlanjut hingga terbentuknya endapan hasil dari pelapukan. Jika pelaupukan tertransprtasi maka akan terbentuklah endapan alluvial.

GAMBAR II

ENDAPAN PLACERS ALLUVIAL

Endapan alluvial biasasnya halus itu dikarenakan endapan yang sudah mengalami transportasi, dari hasil terbentuknya endapan alluvial ada proses erosi yang terjadi terhadap material yang sudah mengalami pelapukan. Adapun asal dari pelapukan yaitu terjadi pada bagian sepanjang sungai yang akan tererosi, dari itu dinyatakan lah bahwa endapan alluvial adalah endapan yang terbentuk dari hasil pelapukan yang kemudian tererosi, tertransportasi.

Endapan placer alluvial merupakan endapan tipe endapan yang sangat penting pada emas dan intan dan fraksi umum pada butiran pada mineral-mineral berat yang relatif lebih halus dari mineral-mineral ringan. Mineral-mineral berta relatif terkonsentrasi pada lokasi pada dimana terjadi sesuatu gangguan pada aliran ( irrengular flow ) atau pengurangan energi, seperti natural riffle, lubang dasar sungai atau air terjun pada tubrukan arus sungai (pay streak), meader sungai.

Adapun contoh endapan-endapan alluvial yaitu

1. Endapan timah pulau bangka

Busur pluton yang membentang dari Asia hingga di Kepulauan Bangka dan Belitung Æ cebakan timah yang terkaya di dunia. Secara genetik, kehadiran timah bermula dengan adanya tubuh intrusi granit yang diperkirakan terjadi lebih dari 200 juta tahun yang lalu. gas SnF4, dimana akibat proses penumatolitik menerobos dan mengisi celah retakan yang terdapat pada batuan sekitar

Akibat iklim tropis Æ proses pelapukan baik kimiawi maupun mekanis, Berlanjut dengan proses erosi dan transportasi melalui sungai-sungai Æ kassiterit (BD = 7). Jenis endapan sekunder sangat bervariasi, sejak dari elluvial, colluvial, alluvial dangkal hingga alluvial dalam (lebih dari 120 m) serta kipas alluvial. Penyebaran konsentrasi lapisan pasir bertimah (tin bearing sand) baik vertikal maupun lateral dalam banyak hal sangat dipengaruhi oleh gejala naik turunnya.

GAMBAR III

ENDAPAN TIMAH PULAU BANGKA

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudarmono, Djuki, (2007), “Diktat Ganesa Bahan Galian”, Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Sriwijaya. Hal 28-31.