angga juner

angga juner

Jumat, 18 Desember 2009

kisah nabi muhammad

Sejarah Hidup Muhammad

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

2. ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM                       (5/6) Muhammad Husain Haekal   Dalam  hidup  ini  rasanya  tak ada yang lebih baik merangsang kita dalam bekerja dan berusaha seperti dalam  mencari  nafkah dan  harta.  Demi  harta  sebagian  besar  orang  berusaha dan berjuang, yang kadang sampai diluar kemampuannya. Dalam  dunia kita  sekarang  ini,  sekali  lihat  saja  orang  sudah  dapat memperoleh kesan apa yang sedang bergolak dalam  dunia  ini  - perjuangan  dan kesulitan, perang dan damai, pemberontakan dan kekacauan - demi harta. Demi  harta  inilah  kerajaan-kerajaan terbalik  menjadi  republik, untuk harta ini pertumpahan darah terjadi, nyawa manusia  melayang.  Juga  anak-anak  keturunan! Kesulitan  yang  bagaimanakah  yang tidak akan kita pikul demi anak-anak buah hati kita! Kepahitan yang bagaimana  pula  yang takkan  terasa  manis  kalau  memang  untuk kesenangan mereka, untuk menjamin kemakmuran hidup dan kemuliaan  mereka!  Segala kesulitan  untuk  mencapai  kebahagiaan mereka itu jadi mudah. Bahkan, demi harta dan anak-anak keturunannya itu,  ada  orang yang  menganggap  segala  yang mustahil itu tiada berarti. Ada yang sampai berlebih-lebihan sekali  dalam  hal  ini  sehingga untuk   itu   ia  mengorbankan  segala  kesenangannya,  bahkan hidupnya.   Memang demikianlah, harta dan anak-anak keturunan  itu  memang hiasan  (bentuk  luar)  kehidupan dunia. Tetapi disamping inti kehidupan yang sebenarnya bentuk luar itu bukan apa-apa. Orang yang  mengorbankan  inti  demi hiasan lahir, sama dengan orang yang berpikir sempit dan bodoh  saja:  sama  dengan  perempuan yang  tidak  memandang  penting  kesehatannya sendiri asal dia tampak cantik untuk sementara waktu; sama dengan  pemuda  yang sudah  lupa  daratan,  yang mau mengorbankan pikiran dan harga dirinya ditengah-tengah ejekan kawan-kawannya bila ia  mengira bahwa   dirinya   adalah   pemimpin  mereka  sebab  dia  sudah menghambur-hamburkan harta untuk mereka itu; atau sama seperti mereka,  orang-orang  yang  begitu  bodoh,  yang  tertipu oleh kenyataan dibalik kebenaran, oleh hari ini dibalik hari  esok. Mereka  yang  mengejar  harta  dan anak-anak keturunan sebagai hiasan kehidupan dunia dan melupakan  yang  lain,  mereka  ini tidak  kurang  pula  bodohnya.  Harta  dan anak-anak keturunan suatu hiasan. Sedang inti kehidupan ialah segala pekerjaan dan perbuatan  baik yang kekal. Dan untuk perbuatan-perbuatan baik inilah orang harus mencurahkan tenaga dan perjuangannya  lebih dari  pada  untuk  hiasan (bentuk luar) kehidupan dunia, harta dan anak-anak keturunannya.   Kita sudah melihat betapa  luhurnya  tujuan  yang  digambarkan ayat  Qur'an  Suci  ini.  Kalau  kita sudah mencurahkan segala tenaga dan darah kita demi hiasan kehidupan  dunia  ini,  maka kita  juga  harus  mencurahkan  jiwa  dan hati kita untuk inti daripada kehidupan itu, bentuk harus tunduk kepada inti.  Oleh karena  itu  segala  hidup  kita,  harta  kita  dan  anak-anak keturunan kita harus ditujukan kepada tujuan ini, kepada  inti daripada  perbuatan-perbuatan  baik  yang kekal itu yang lebih besar pahalanya dalam pandangan Tuhan serta harapan yang lebih baik pula.  Mengenai  logika  yang  begitu  sehat  dan jelas ini bagaimana dalam pemikiran Muslimin dapat berubah menjadi  bermacam-macam kepercayaan  yang  sama  sekali  tidak sesuai? Pada pembahasan yang pertama buku ini sepintas lalu  ada  juga  kita  singgung tatkala  kita sebutkan tentang keadaan yang sudah berubah pada umat Islam itu.   Karena  adanya  penaklukan-penaklukan  yang  pernah  menguasai imperium  Islam  secara berturut-turut sejak berakhirnya zaman dinasti Abbasiah - seperti yang sudah kita  singgung  sepintas lalu  dalam  pengantar  cetakan  kedua  - cara musyawarah yang berlaku pada permulaan sejarah  Islam  telah  berubah  menjadi kerajaan yang sewenang-wenang pada zaman dinasti Umayyah, lalu menjadi hak suci pada masa Abbasiah kedua.  Baiklah  sekarang  kita  ikuti  keterangan   almarhum   Syaikh Muhammad   Abduh   dengan   agak   terperinci  dalam  Al-Islam wan-Nashrania sebagai berikut:   "Islam pada mulanya agama yang  dianut  orang  Arab.  Kemudian setelah  berhubungan  dengan  ilmu  pengetahuan  yang  tadinya bercorak Yunani ilmu itu pun lalu bercorak Arab pula. Kemudian ada  seorang  khalifah  yang  salah dalam menjalankan politik. Keluasan Islam digunakannya  untuk  apa  yang  dikiranya  akan membawa  keuntungan  untuk  kepentingannya  -  dikiranya bahwa tentara yang terdiri dari orang-orang Arab  itu  mungkin  saja akan  jadi  pendukung  seorang  khalifah  golongan  Ali, sebab golongan ini dekat sekali pertaliannya  dengan  keluarga  Nabi s.a.w. Oleh karena itu ia mau mempergunakan tentara dari luar, yang terdiri dari orang-orang Turki, Dailam dan lain-lain yang dikiranya  pula  bahwa dengan kekuasaannya itu mereka ini akan dapat diperhamba,  dapat  dipergunakan  untuk  kepentingannya. Suasana tidak akan membantu adanya pihak yang akan memberontak kepadanya  atau  menuntut   kedudukannya   sebagai   penguasa, meskipun  keluasan  hukum  Islam akan membenarkan ia melakukan itu. Sejak itulah Islam jadi bercorak asing.   "Ada seorang khalifah  Banu  Abbas  -  yang  karena  mengingat kepentingannya  sendiri serta anak cucunya - ia ingin sebagian besar tentaranya itu diangkat dari orang-orang asing, demikian juga  pembesar-pembesarnya.  Suatu tindakan yang buruk sekali, baik terhadap bangsanya atau pun terhadap agama. Tetapi  tidak lama  kemudian  pembesar-pembesar  militer  ini pun telah pula dapat mengalahkan para khalifah itu. Dengan kekuasaan yang ada itu  mereka  telah  dapat  bertindak sewenang-wenang. Sekarang kekuasaan  negara  berada  ditangan   mereka,   dengan   tiada persiapan pikiran seperti yang diajarkan Islam dan dengan hati yang sudah diisi oleh  pendidikan  agama.  Bahkan  sebaliknya, mereka  datang  menerima Islam dalam keadaan biadab dan bodoh, dengan membawa segala macam kekejaman. Tubuh mereka mengenakan pakaian  Islam,  tapi  ajarannya  belum  sampai menembusi hati mereka. Masih banyak diantara mereka itu yang membawa  berhala untuk   disembah   dengan   diam-diam.   Kalau  pun  ada  yang menjalankan salat bersama-sama,  itu  hanya  untuk  memperkuat kekuasaannya.   "Kemudian  datang lagi yang lain melanda Islam, seperti bangsa Tatar dan yang  lain  misalnya,  malah  persoalan  agama  juga dibawah  kekuasaannya.  Buat  mereka  musuh  yang paling besar ialah ilmu pengetahuan. Orang pun sudah mengenal siapa mereka, sudah  mengetahui sejarah mereka yang buruk itu. Mereka sangat memusuhi ilmu, juga  memusuhi  yang  menjadi  pelindung  ilmu, yakni  Islam.  Segala yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tidak pernah mendapat perhatian mereka, bantuan untuk itu  pun dihentikan.  Tidak  sedikit  dari  kaki tangan mereka itu yang turut menyusup  kedalam  jiwa  orang  yang  masih  awam  dalam agamanya.  Mereka menempatkan diri ke tengah-tengah orang yang masih hijau dalam agama  itu,  sebagai  orang  yang  taat  dan pelindung agama. Mereka menganggap agama masih belum sempurna, perlu disempurnakan, atau sedang sakit,  perlu  diobati,  atau juga  sedang  miring, perlu ditopang, sudah hampir roboh, jadi perlu dibangun kembali.   "Dengan  mengingat  masa  lampau  mereka  yang   masih   dalam kemegahan  paganisma,  adat-istiadat golongan-golongan Nasrani yang terdapat di  sekitarnya,  mereka  pun  hendak  menerapkan semua itu ke dalam Islam - suatu hal yang diluar tanggungjawab Islam. Tetapi dalam meyakinkan  orang-orang  awam  bahwa  yang demikian  ini  demi  kebesaran  syiar  agama, mereka berhasil. Rakyat jelata memang alat penguasa  dan  senjata  kaum  tiran. Mereka    telah    menciptakan    bermacam-macam   pesta   dan upacara-upacara keagamaan. Merekalah  yang  membuat  peraturan kepada  kita  tentang adanya pemujaan kepada para wali, kepada ulama dan yang sebangsanya. Mereka telah  memecah  belah  umat Islam,  dan menjerumuskan orang kedalam kesesatan. Mereka juga yang  menentukan,  bahwa  kita  yang  datang  kemudian   harus mengikuti  apa  yang dikatakan oleh orang dahulu. Hal ini oleh mereka telah dijadikannya  pula  suatu  akidah,  yang  membuat orang jadi berhenti berpikir, membuat pikiran jadi beku.   "Lalu    kaki   tangan   mereka   menyebarkan   cerita-cerita, berita-berita dan bermacam-macam pandangan ke seluruh  pelosok kawasan  Islam  -  yang  akan membuat orang awam jadi puas dan yakin - bahwa mereka tidak berhak mencampuri  soal-soal  umum. Segala yang berhubungan dengan soal-soal masyarakat dan negara adalah  menjadi  wewenang  para  penguasa.   Barangsiapa   mau mencampuri  soal  semacam  ini  di  luar  mereka,  berarti  ia memasuki persoalan yang bukan bidangnya. Apabila sampai timbul kerusakan-kerusakan dan suasana yang tidak menyenangkan, semua itu bukan karena  perbuatan  para  penguasa,  melainkan  suatu kenyataan  seperti  yang  disebutkan dalam hadis-hadis sebagai ciri-ciri akhir zaman. Orang tidak  perlu  menghindarkan  diri baik  untuk masa sekarang mau pun untuk masa yang akan datang. Maka lebih aman apabila hal  ini  kita  serahkan  saja  kepada Tuhan.   Kewajiban   seorang  Muslim  hanyalah  mengurus  diri sendiri.   "Dalam hal ini  mereka  menemukan  pula  beberapa  hadis  yang secara  harfiah  membantu  sekali maksud mereka. Demikian juga adanya hadis-hadis palsu dan  lemah  dapat  memperkuat  tujuan mereka  menyebarkan  pelbagai  ilusi semacam itu. Barisan yang menyesatkan  semacam  itu  sudah  tersebar  luas  di  kalangan Muslimin  sendiri,  dengan  mendapat bantuan di mana-mana dari pembesar-pembesar  yang  memang  berbahaya  itu.   Kepercayaan tentang   takdir   mereka   pergunakan  sebagai  alat  pemadam semangat, sebagai belenggu yang akan dipasang di tangan  orang yang  mau  berusaha.  Faktor  yang  paling kuat mendorong hati orang menerima dongengan-dongengan semacam ini  ialah  tingkat pengetahuan  yang  masih  bersahaja,  kesadaran  beragama yang lemah dan mudah terbawa nafsu. Ketiga faktor ini bila  bertemu berarti  suatu  kehancuran.  Kebenaran  sudah  tertimbun  oleh kepalsuan  yang  begitu  tebal.  Kepercayaan-kepercayaan  yang bertentangan  dengan  ajaran  pokok  agama, dan mengaburkannya sekaligus - seperti kata orang - sudah sangat melekat ke dalam hati.   "Politik  demikian  ini  adalah  politik  tirani  dan egoistis sifatnya. Politik inilah yang menyebarkan hal-hal  yang  bukan dan  agama dimasukkan kedalam agama. Politik inilah yang telah merampas harapan dari si Muslim yang tadinya hendak  menembusi lapisan langit; terpaku ia dalam hidup putus asa, hidup dengan makhluk-makhluk hewan yang membisu  ...  Sebagian  besar  yang kita saksikan sekarang, yang dinamakan Islam, sebenarnya bukan Islam. Hanya bentuknya  saja  yang  masih  dipelihara  sebagai amalan-amalan  Islam  - sembahyang, puasa, naik haji, ditambah sedikit hafalan kata-kata-yang artinya sudah dibelokkan  pula. Ajaran-ajaran  bid'ah  dan dongengan-dongengan yang dimasukkan kedalam agama dan dianggap sebagai agama, telah membuat  orang jadi beku dalam berpikir, seperti sudah saya sebutkan tadi.   Semoga  Tuhan  menjauhkan  semua  kita  dari  mereka  dan dari kebohongan yang mereka buat-buat atas  nama  Tuhan  dan  agama itu!  Segala  cacat  yang  sekarang  dialamatkan  kepada  kaum Muslimin sebenarnya bukan dari Islam, tetapi sesuatu yang lain yang mereka namakan Islam."7  Keadaan yang digambarkan oleh Syaikh Muhammad Abduh ini memang merupakan beberapa pendirian yang  bertentangan  sekali,  yang oleh  mereka  disiar-siarkan dan disebarkan begitu luas dengan mengatakan bahwa itu ajaran  Islam,  itu  perintah  Tuhan  dan Rasul.  Dan  pelbagai  macam  pendirian inilah lahirnya mazhab jabariah,  yang  oleh  mereka  yang  datang   kemudian   telah digambarkan  begitu rupa, berlainan sekali dengan apa yang ada dalam Qur'an. Lukisan Qur'an mengenai hal ini sudah kita lihat di   atas.  Sebaliknya  yang  datang  kemudian,  mereka  hanya menyuruh  orang  duduk-duduk   dan   menyerah   saja.   dengan mengatakan  bahwa  lapangan  hidup  ini  bukan harus dilakukan dengan usaha  dan  rencana,  tetapi  memang  sudah  tergantung kepada  rejeki  dan  takdir  juga, bukan kepada jasa pekerjaan seseorang. Ini adalah jabariah yang salah  sama  sekali,  yang telah  memberi  peluang  kepada  beberapa orang di Barat untuk menuduh  Islam  dengan  tidak  pada   tempatnya.   Berdasarkan pendirian  inilah  timbul  mazhab  merendamkan arti materi dan tidak mau campur  tangan  dalam  persoalan  semacam  ini.  Ini adalah  mazhab  kaum  Stoa8  di Yunani, juga pada suatu ketika pernah  tersebar  di  kalangan   segolongan   kaum   Muslimin, kendatipun ini memang bertentangan dengan firman Tuhan:   "Dan  jangan  kau  lupakan nasibmu dalam kehidupan dunia ini." (Qur'an 28 - 77)   Sungguhpun demikian aliran ini mempunyai literatur yang  cukup luas  pada  masa  Banu  Abbas dan sesudahnya. Yang dikehendaki oleh Qur'an ialah jalan tengah.  Ia  tidak  membenarkan  orang hidup serba menahan diri, juga tidak membenarkan ibahiyah atau hidup serba boleh seperti diduga oleh Irving, bahwa cara hidup demikian   itu   telah  menghanyutkan  kaum  Muslimin  kedalam kemewahan dan  melupakan  perjuangannya,  serta  menjerumuskan umat Islam ke dalam keadaan mereka seperti sekarang ini.  Penulis   Amerika   ini   mengatakan,   bahwa  ajaran  Kristen mengajarkan kesucian  dan  kasih  sayang  sebaliknya  daripada lslam,  seperti  yang  dituduhkannya.  Bukan  maksud saya akan membanding-bandingkan Islam  dengan  Kristen  dalam  hal  ini, sebab  keduanya  memang  sejalan,  dan tidak berbeda. Biasanya membanding-bandingkan demikian itu hanya  akan  berakhir  pada perdebatan  dan  pertentangan  yang  tidak  akan menguntungkan Kristen ataupun Islam. Akan tetapi apa yang saya perhatikan  - dan  inilah  yang  ingin  saya  tekankan  - ialah bahwa antara sejarah hidup Isa  'a.s.  dengan  ajaran  Stoaisma  dan  hidup menahan  diri  secara berlebih-lebihan yang dihubungkan kepada ajaran Kristen, terdapat perbedaan yang jelas sekali.  Almasih bukan  seorang  penganut  ajaran  stoa. Bahkan mujizatnya yang mula-mula dan  utama,  ialah  ketika  ia  mengubah  air  tawar menjadi   minuman  anggur  dalam  pesta  perkawinan  di  Kana, Galilea, yang juga dia diundang, dan dia  ingin  jangan  orang kekurangan  minuman  keras  itu setelah habis dari persediaan. Juga dia tidak menolak undangan kaum Parisi9  yang  mengadakan pesta  makan yang mewah dan dia tidak keberatan orang mengecap kenikmatan yang diberikan Tuhan.   Sedang sejarah hidup Muhammad dalam hal ini  lebih  menekankan pada   keseimbangan  jalan  tengah.  Memang  benar  bahwa  Isa menganjurkan  orang-orang  kaya  bermurah  hati  kepada  fakir miskin  dan  mencintai  mereka.  Tetapi  sepanjang yang pernah dikenal umat manusia dalam hal ini,  Qur'an  lebih-lebih  lagi menekankan.  Pembaca  tentu  sudah melihat sendiri ketika kita bicara tentang zakat dan sedekah, sehingga  tidak  perlu  lagi kiranya  diulang.  Dan  cukup  kalau  terhadap Irving dan yang semacamnya itu kita  jawab,  bahwa  Qur'an  mengajarkan  jalan tengah dalam segala hal.   Tinggal  lagi  kata-kata  terakhir  yang diuraikan Irving itu, yaitu  kata-kata  yang  oleh  pihak  Barat  dimaksudkan  untuk mencemarkan kita tapi sebenarnya itu merupakan kecemaran Barat sendiri,  merupakan  arang  di  kening  dan   aib   di   wajah kebudayaannya sendiri. Irving berkata: "Adanya bulan sabit ini sampai sekarang di  Eropa  -  yang  pada  suatu  waktu  pernah mencapai  kekuatan  yang luarbiasa - hanyalah karena perbuatan negara-negara Kristen yang besar-besar; atau lebih tepat lagi: karena  persaingan mereka sendiri. Bertahannya bulan sabit itu barangkali untuk menjadi bukti yang baru, bahwa:  "barangsiapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang."  "Barangsiapa  menggunakan pedang akan binasa oleh pedang." Ini sebuah ayat dalam Injil (Perjanjian  Baru)  yang  oleh  Irving dialamatkan  kepada  Islam,  atas  nama Kristen. Sungguh aneh! Barangkali Irving masih dapat  dimaafkan  mengingat  apa  yang dikatakannya  itu  sudah  seabad  yang  lalu.  Pada  waktu itu penjajahan Barat,  menurut  istilah  kita  -  atau  penjajahan Kristen   menurut  istilahnya  -  keserakahan  dan  penggunaan pedangnya  belum  separah  seperti  sekarang.  Tetapi  Marshal Allenby, yang dalam tahun 1918 menaklukkan Yerusalem atas nama Sekutu, ia berkata seperti kata-kata itu juga sambil berteriak di Kuil Sulaiman: "Sekarang Perang Salib sudah selesai!"   Atau  seperti  dikatakan  oleh Dr. Peterson Smith dalam sebuah bukunya tentang kehidupan Almasih, bahwa "Penaklukan Yerusalem itu  adalah  merupakan Perang Salib kedelapan yang dilancarkan pihak Kristen untuk mencapai maksudnya." Bisa jadi benar  juga bahwa  penaklukan itu berhasil bukan atas usaha pihak Kristen, tapi atas usaha orang-orang Yahudi  yang  telah  mempergunakan mereka  untuk  menjadikan  impian  Israel  dahulu  kala  suatu kenyataan, lalu menjadikan Tanah yang dijanjikan  itu  sebagai daerah nasional bangsa Yahudi.  "Barangsiapa  menggunakan  pedang  akan  binasa  oleh pedang." Kalau kata-kata Injil  ini  dapat  diterapkan  kepada  sesuatu golongan  maka  golongan  yang paling tepat menerimanya dewasa ini ialah Eropa yang  menganut  Kristen  itulah.  Islam  tidak pernah  mempergunakan  pedang  dan  oleh  karenanya tidak akan binasa oleh pedang. Sebaliknya Eropa  yang  menganut  Kristen, pada  zaman  belakangan  ini  telah  menggunakan  pedang untuk mengejar kebebasan hidup yang berlebih-lebihan  dan  kemewahan yang  oleh  Irving  dipalsukan  alamatnya,  kepada  Islam  dan Muslimin. Dewasa ini Eropa yang  menganut  Kristen  itu  telah mengambil  alih  peranan  yang dulu dipegang oleh Mongolia dan Tatar, tatkala mereka yang secara lahir menggunakan baju Islam menaklukkan  beberapa  kerajaan  tanpa  membawa  ajaran-ajaran Islam.  Merekapun  mengalami  kehancuran   bersama-sama   kaum Muslimin.  Inilah  keruntuhan yang telah menimpa bangsa-bangsa Islam. Tetapi Eropa yang menganut  Kristen  dewasa  ini  tidak lebih  baik  dari bangsa-bangsa Tatar dan Mongolia itu. Begitu menaklukkan bangsa-bangsa Islam, segera  pula  mereka  sendiri menganut  Islam,  melihat kebesaran dan kesederhanaan yang ada dalam ajaran Islam. Sebaliknya Eropa, ia menyerang  bukan  mau menyiarkan  sesuatu  kepercayaan  atau  kebudayaan,  tapi  mau menjajah,  mau   menjadikan   agama   Kristen   sebagai   alat penjajahan.   Oleh  karena  itu  propaganda  misi Kristen Eropa tidak pernah berhasil, sebab tujuannya memang sudah tidak ikhlas.  Terutama di  kalangan bangsa-bangsa beragama Islam propaganda ini tidak pernah  berhasil  dan  tidak  akan  berhasil.  Kebesaran   dan kesederhanaan  Islam,  demikian  juga  ajarannya  yang memberi tempat kepada pikiran logis dan ilmu,  tidak  memberi  harapan kepada  propaganda  agama  apa pun untuk berhasil mempengaruhi pemeluk-pemeluk Islam   "Barangsiapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang."  Ini benar. Meskipun ini memang sesuai dengan keadaan Muslimin yang datang kemudian, yang berperang  hendak  menaklukkan  beberapa kerajaan  dan  untuk menjajahnya, bukan untuk membela diri dan membela keyakinannya, tapi buat masa sekarang  hal  ini  lebih sesuai  lagi dengan Barat yang berperang dan menaklukkan untuk merendahkan dan menjajah bangsa-bangsa lain.  Kaum  Muslimin  yang  mula-mula  pada  zaman  Nabi  dan   para penggantinya  dan  yang  datang  sesudah itu, mereka berperang bukan  untuk  menaklukkan  atau  menjajah,   melainkan   untuk mempertahankan  keyakinan  mereka  tatkala mereka diancam oleh Quraisy dan oleh orang-orang Arab, kemudian diancam pula  oleh Rumawi  dan  oleh  Persia.  Dalam  peperangan ini mereka tidak memaksa orang harus menganut  Islam,  karena  memang  tak  ada paksaan  dalam  agama. Juga dengan peperangan itu mereka tidak bermaksud hendak menjajah bangsa lain. Beberapa  kerajaan  dan amirat  oleh  Nabi  dibiarkan  dalam  kerajaan  dan  amiratnya masing-masing  Tujuannya   hanyalah   supaya   ada   kebebasan mempropagandakan agama. Oleh karena akidah Islam memang begitu kuat dan jelas  mempertahankan  kebenaran  yang  diajarkannya, jelas  sekali bahwa tidak ada keistimewaan orang Arab terhadap bangsa lain yang non-Arab, kecuali  dengan  takwa,  dan  bahwa kekuasaan  tertinggi  itu  hanya  ada  pada  Allah, maka cepat sekalilah ajaran ini tersebar ke segenap penjuru bumi, seperti halnya dengan setiap kebenaran yang sungguh-sungguh jujur akan cepat pula tersebar.   Akan tetapi setelah kemudian ada pihak-pihak yang masuk  Islam dan   mereka   ini   terjun   kedalam  kancah  peperangan  dan menaklukkan dengan menggunakan  pedang,  mereka  pun  kemudian dihancurkan  oleh  pedang pula. Tetapi Islam tidak sekali-kali mempergunakan pedang dan tidak akan binasa oleh pedang.  Islam tidak  pernah  mempergunakan  pedang.  Malah  ia dapat memikat pikiran dan hati nurani manusia hanya dengan kekuatan yang ada di dalam Islam itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar