angga juner

angga juner

Sabtu, 29 Oktober 2011

TEKTONIK PULAU SULAWESI


Tektonik pulau sulawesi terbentuk akibat dari peristiwa konvergen dan transform. Untuk kawasan konvergen di sulawesi ini, lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-Australia saling bergerak dan mendekati. Pergerakan ketiga lempeng ini bersifat tumbukan. Tumbukan antar lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-Australia ini tertekuk dan menyusup kebawah lempeng benua hingga masuk ke Astenosfer merupakan (zona melange), dimana di tempat ini merupakan kedudukan titik-titik focus Gempa tektonik. Pada saat terjadi zona mélange di pulau sulawesi, palung lantai samudra dan sedimen terakumulasi di dalamnya. Akibatnya sedimen tersebut terperangkap diantara lempeng, menjadi hancur, mengalami pergeseran dan teranjakan. Setelah mengalami pergeseran dan teranjakan, maka terbentuklah cekungan sedimen di pulau jawa

Setelah mengalami pergeseran dan teranjakan, akibat dari tumbukan antar ketiga lempeng ini, Pulau Sulawesi mengalami morfologi yaitu terjadinya Pre-Cretaceous accretionary Complex berupa busur vulkanik Neogene yang terjadi di daerah barat Sulawesi. Kemudian juga terbentuk Ophiolite complex pada bagian timur dan sisa lengan timur selatan sulawesi. Setelah itu, terbentuk batuan metamorf yang mana batuan metamorf ini terkandung pada material-material yang terdapat pada kedua benua dan lautan, yang kemudian mengalami pendorongan dari barat menuju bagian atas barat Sulawesi, kemudian terangkat keatas sehingga terbentuklah rangkaian pegunungan.

Di bagian pegunungan di pulau Sulawesi, aktivitas magmatik tersier khususnya di bagian barat sulawesi ini terjadi pada waktu geologi Cretecouis sampai zaman Kristalisasi Eosen dan juga terjadi pada masa waktu Oligocene hingga Obduksi Miocene. Khus pada zaman Miocene dijelaskan dimana Pada zaman Miocene akhir hingga pliocene terjadi prores ekstruksi dan intruksi magma batuan yang terjadi dalam selang waktu yang pendek dari Miocene tengah hingga Pliocene yang menyebabkan terjadinya peleburan lapisan Lithosphere (3-18 Ma) sedangkan Miocene akhir, busur Magmatik Sulawesi barat pada umumnya terasosian dengan tubrukan antar benua-benua, pada benua kecil terbagi dari lempeng Australian-New Guinea yang disubduksikan bagian bawah barat-Sundaland utama. Untuk pegunungan Neogene dibentuk oleh tubrukan antara dua benua (Buton-Tukang besi dan Baggai-Sula). Selain terdapat pegunungan di pulau Sulawesi ini juga terdapat benua kecil (microcontinent) yang terpisah dari New Guinea pusat, terbawah kearah barat sepanjang pergerakan sistem patahan Sorong-Yapen pada lempeng laut Philipine, yang kemudian berlanjut mengalami tubrukan pada margin timur dari ophiolite Complex.

Sedangkan untuk kawasan Transform di pulau sulawesi ini, ketiga lempeng bergerak lateral berlawanan arah, yang mana tepi lempeng bergesekan sehingga mengakibatkan adanya patahan yang terjadi akibat tubrukan antara SSE-NNW bagian palu koro yang mengalami sesar Horizontal/ mendatar yang bergerak kearah kiri menuju bagian utara dari Sulawesi timur. Patahan ini merupakan pergerakan patahan yang terjadi akibat terasosiasi dengan rezim transtensional. Pergerakan transtensional ini juga mengalami cekungan-cekungan sehingga terbentuklah danau-danau kecil di Propinsi Sulawesi.

TEKTONIK PULAU JAWA


Sebagaimana kita ketahui bahwa tektonik pada suatu pulau atau kawasan ditentukan dan dipengaruhi sifat gerak dan pergeseran lempeng litosfer yang saling bersentuhan. Untuk tektonik pulau jawa ini, terbentuk akibat dari peristiwa konvergen, dimana di kawasan konvergen ini, lempeng indo-Australia yang bergerak ke utara bertemu dengan lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng ini bersifat tumbukan. akibat dari tumbukan antar kedua lempeng ini, yang mengakibatkan terjadinya trench (palung laut), yang mana trench (palung laut) di pulau jawa ini bersifat tegak lurus atau frontal. Setelah itu, di pulau jawa ini mengalami Accretionary Complex. Accretionary complex disini berkembang sepanjang permukaan bumi dan mengandung lempeng pologen sampai ke recent sediment. Kemudian, pulau jawa mengalami terjadinya cekungan busur depan. Cekungan busur depan di pulau jawa ini tepatnya terbentuk di jawa bagian timur. Untuk Continental Crust, cekungan busur depan ini berkembang di jawa bagian barat, sedangkan untuk Oceanic Crush cekungan busur depan berkembang di sumbawa. Setelah mengalami cekungan busur depan, pulau jawa juga mengalami terjadinya cekungan busur tersier, yang mana cekungan ini terbentuk di sepanjang continental crust pada dasar selat sunda, sedangkan untuk oceanic crust cekungan ini berkembang sepanjang utara bali dan pulau Flores.

Tumbukan antar lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia ini tertekuk dan menyusup kebawah lempeng Fasific hingga masuk ke Astenosfer (zona subduksi), dimana di tempat ini merupakan kedudukan titik-titik focus Gempa tektonik. Pada saat terjadi zona subduksi, palung lantai samudra dan sedimen terakumulasi di dalamnya. Akibatnya sedimen tersebut terperangkap diantara lempeng, menjadi hancur, mengalami pergeseran dan teranjakan. Setelah mengalami pergeseran dan teranjakan, maka terbentuklah cekungan sedimen di pulau jawa. Pada laut jawa bagian barat, cekungan sedimennya berupa lipatan asymmetrical. Lipatan ini dicirikan adanya lipatan yang berupa cekungan yang melingkar menutup ke atas dengan adanya Graben. Dimana graben ini merupakan blok batuan yang letaknya lebih rendah akibat pengaruh topografi yang dikontrol oleh sesar.

Pengaruh dari tumbukan lempeng ini menyebabkan sedimentasi laut bagian selatan ini terbentuk atau terendapan bersama peristiwa pemekeran batuan pada lingkungan terrestrial. Pada umumnya pada zaman oligesin, pengendapan sedimen pada zaman ini sangat tebal terbentuk pada zaman oesen. Sedangkan sedimentasi laut jawa bagian timur, terbentuk sedimen klastik yang terbentuk di daratan pada eosin rendah dan terbentuk sedimen klastik di lautan pada zaman eosin tengah. di pulau jawa bagian timur terbentuk juga cekungan paleogene yang sangat dipengaruhi peristiwa extension (tekanan dari atas) subsidence, dan juga proses sedimentasi akan kontraksi secara regional dan mulai terangkat keatas akibat pengaruh lempeng tektonik dimulai pada zaman meosin awal.

Jadi dapat kita analisa bahwa Cekungan pulau jabar dapat juga menimbulkan tektonik, ini terjadi karena pada oligesin bertemu dengan miosen awal akibatnya terjadi pergeseran vertical 120 m di bagian timur cekungan jabar. Sedangkan cekungan pada Jatim minimbulkan dua kali fase tektonik yaitu fase miosen-pliosen (akan muncul orogen, dimana pelipatan dan sesaran kearah utara) dan Fase pleistosen (akan muncul orogen kedua, dimana pelipatan dan sesaran kearah utara). Sebelum kedua fase orogen tersebut terbentuk, terjadi perubahan posisi dari busur luar (kapur tengah-oligosen) menjadi busur dalam (setelah oligosin), ini disebabkan karena perubahan busur vulkanik.

Selain dari pengaruh tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia, aktivitas gunung api atau vulkanisme di pulau jawa terjadi di bawah permukaan bumi, ini disebabkan karena tekanan dan temperature yang tinggi. Pada aktivitas vulkanik di pulau jawa maka yang terbentuk pormasi batuan andesit tua. Aktivitas vulkanik ini terakhir terjadi pada meosin awal dan tengah. Pengaruh yang banyak terjadi pada meosin akhir dan tengah.

peledakan

Parameter Peledakan Jenjang

Perencanaan peledakan jenjang tidak hanya berdasarkan perhitungan geometri peledakan saja,melainkan juga perhitungan parameter-parameter yang juga berpengaruh,Parameter-Parameter ini nantinya akan dapat mempengaruhui tingkat efektifitas dan efesiensi pekerjaan peledakan yang akan dilakukan.Parameter-Parameter tersebut antara lain adalah diameter lubang tembak,pola peledakan pengunaan waktu tanda,serta powder factor.

Secara mendasar terdapat dua jenis parameter peledakan yang akan dapat mempengaruhui efektifitas dan efisiensi suatu perkerjaan peledakan.Parameter-Parameter ini terbagi menjadi dua yaitu parameter-parameter yang dapat dikendalikan oleh manusia serta parmeter yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia,dengan kata lain dikendalikan oleh alam.

Parameter yang dapat dikendalikan oleh manusia diantaranya adalah geometri peledakan,diameter lubang,pola peledakan ,serta powder factor.sedangkan parameter yang tidak dapat dikendalikan adalah kondisi struktur geologi seperti sesar dan kekal.

II.2. Diameter lubang Tembak

Diameter lubang tembak yang kecil sesuai diterapkan untuk batuan yang sulit dibongkar.Jika diameter lubang tembak diperbesar tetapi factor energinya tetap,maka akan menghasilkan bongkaran dengan fragmentasi yang buruk.

Diametrer lubang tenbak kecil akan menghasilkan pembongkaran batuan bagian atas akan baik.untuk mengurangi noise,air blast dan fly rock akibat peledakan,Diameter lubang tembak yang cocok adalah antara 115-150 mm dengan panjang stamming 3-5 m.jika dipakai diameter 75-100 mm,maka panjang stemming dapat dikurangi hingga 2,5 m.

Pemilihan diameter lubang tembak pada peledakan jenjang dipengaruhi oleh:

1. Sifat fisik dan mekanisme batuan

2. fragmentasi yang diinginkan

3. peralatan pengeboran yang ada

4. Tinggi jenjang yang diinginkan

II.2. Pola Peledakan

Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang ledak dalam satu baris dengan baris lainnya.Pola peledakan juga mampu menentukan kearah mana material yang dibongkar akan terkumpul sehingga mampu mempermudah proses loading.

Adapun pola peledakan yang umu dipakai pada pekerkaan peledakan,antara lain:

· Pola peledakan serentak dalam satu baris dan beruntun atas baris

· Pola peledakan dimana lubang-lubang ledak diledakkan dengan waktu penundaan atau beruntun dalam satu baris.

Menurut R.L.Ash,penentuan pola peledakan dengan adanya tiga bidang bebas,kuat tarik batuan dapat dikurangi sehingga akan dapat meningkatkan jumlah retakan yang dihasilkan dengan syarat lokasi dua bidang bebasnya mempunyai jarak yang sama terhadap lubang ledak.

Delay detonator yang memiliki selang waktu tertentu pakai pengatur waktu tunda pada pekerjaan peledakan.Keuntungan dari peledakan dengan memakai delay detonator adalah:

1. Dapat menghasilkan fragmentasi yang lebih baik

2. Dapat mengurangi timbulnya getaran tanah

3. Dapat menyediakan bidang bebas untuk baris berikutnya.

II.3. Powder Factor

Powder factor adalah suatu bilangan untuk menyatakan jumlah material yang akan diledakan atau dibongkar,oleh sejumlah tertentu jumlah bahan peledak..Nilai powder factor dapat dinyatakan dalam satuan ton/kg atau kg/ton.Powder factor patut diperhitungkan agar dapat diketahui tingkat efektif suatu pekerjaan peledakan serta efisiensipengunaan bahan peledak.

Penghitungan nilai powder factor yang tepat nantinya akan sangat mempengaruhui efektifitas dan efisiensi suatu perkejaan peledakan dalammelakukan suatu pekerjaan peledakan.Nilai powder factor sangat dipengaruhi oleh jumlah bidang bebas,geometri peledakan,pola peledakan dan struktur geologi.

Nilai powder factor sangat mempengarui oleh jumlah bidang bebas,geometri peledakan,pola peledakan dan struktur geologi.dan bila nila powder factor besar dapat dikatakan bahwa kuantitas bahan peledak yang dipakai telah cukup efektif.sedangkan bila nilai powder factor kecil,mengindikasikan bahwa pekerjaan peledakan yang dilakukan masih kurang efektif.Bila banyak sedikitnya jumlah bahan peledak dalam suatu lubang sangat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pekerjaan yang ditinjau dari segi penggunaan bahan peledak.

Absorbsi

Absorbsi adalah peristiwa penyerapan pada permukaan suatu zat adsorban. Misalnya suatu zat padat akan cenderung menarik molekul-molekul gas atau zat cair pada permukaannya. Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik.

Hal-hal yang mempengaruhi dalam prsoses adsorbsi :

v Zat yang diadsorbsi

v Luas permukaan yang diadsorbsi

v Temperatur

v Tekanan

PENENTUAN BIAYA ABSORPSI

Dalam penentuan biaya absorpsi, kedua biaya variabel dan overhead yang dialokasi dibebankan kepada harga pokok penjualan. Penentuan biaya variabel dan absorpsi serupa dengan jika barang yang terjual dan barang yang diproduksi adalah sama. Ketika mereka tidak sama, metode penentuan biaya absorpsi menyatakan pengaruh perubahan dalam persediaan terhadap laba bersih

Tujuan Menggunakan Larutan CO2 pada Percobaan Absorbsi

Tujuan dari percobaan Absorbsi CO2 menggunakan larutan NaOH adalah mempelajari pengaruh konsentrasi NaOH terhadap % CO2 yang terabsorbsi dan menghitung besarnya koefisien perpindahan massa (kga). Absorbsi merupakan salah satu proses pemisahan dengan mengontakkan campuran gas dengan cairan sebagai penyerapnya. Dalam percobaan ini menggunakan larutan NaOH untuk menyerap gas CO2. Absorbsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi antara lain adalah laju alir gas dan cairan, suhu, tekanan, serta konsentrasi larutan penyerap. Percobaan ini dilakukan dengan mengalirkan larutan NaOH ke dalam kolom absorbsi sampai diperoleh aliran yang stabil, kemudian mengalirkan gas CO2 dengan laju alir tertentu sehingga memungkinkan keduanya terjadi di dalam kolom absorbsi. Kemudian hasilnya dianalisa menggunakan metode acidi-alkalimetri. Variabel yang dipelajari pada percobaan ini adalah konsentrasi NaOH, yaitu 0,05N, 0,1 N, dan 0,3N. Pengambilan sampel dilakukan setiap 2 menit sekali hingga konsentrasi konstan dimulai dari menit ke-0. Semakin besar konsentrasi NaOH maka akan berakibat % CO2 yang terserap semakin besar pula. Hal ini disebabkan oleh semakin pekat larutan NaOH maka semakin besar kandungan NaOH dan CO2 yang terserap akan semakin banyak. Waktu tidak berpengaruh terhadap % CO2 yang terserap karena proses absorbsi berlangsung secara kontinu. Kemudian, semakin besar konsentrasi NaOH, maka koefisien perpindahan massa (kga) juga akan semakin besar. Kesimpulan dari percobaan ini adalah bahwa proses absorbsi CO2 dengan menggunakan larutan NaOH dipengaruhi oleh konsentrasi NaOH yang digunakan. Sedangkan waktu tidak berpengaruh. Saran yang dapat diberikan adalah dalam pengamatan manometer dan titrasi dilakukan secara teliti.

Absorben dalam spektrofotometer.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.

Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.

Absorben

Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben :

1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).

2. Selektif

3. Memiliki tekanan uap yang rendah

4. Tidak korosif.

5. Mempunyai viskositas yang rendah

6. Stabil secara termis.

7. Murah

Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).

Kolom Absorpsi

Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut. Diantara jenis-jenis absorben ini antara lain, arang aktif, bentonit, dan zeolit.

1. Arang aktif

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa

kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat arang aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk powder yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000A0, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.

Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori lebih halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis, pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai bahan baku yang mempunyai struktur keras.

2. Zeolit

Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah. serta mempunyai rumus kimia sebagai berikut :

M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O

Dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba

Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan logam alkali adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air menunjukkan jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut dipanaskan. Penggunaan zeolit cukup banyak, misalnya untuk industri kertas, karet, plastik, agregat ringan, semen puzolan, pupuk, pencegah polusi, pembuatan gas asam, tapal gigi, mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan batubara, pemurnian gas alam, industri oksigen, industri petrokimia.

Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900 oC, maka kristal zeolit yang bersnagkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap (absorbansi) zeolit tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat. Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang hampa dengan menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau methana dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri.

3. Bentonit

Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-lain. Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Sifat bentonit sebagai adsorben adalah :

· mempunyai surface area yang besar (fisika)

· bersifat asam yang padat (kimia)

· bersifat penukar-ion (kimia)

· bersifat katalis (kimia)

PEMURNIAN LOGAM

Misalnya dalam proses pemurnian logam emas sederhana, kita bisa menggunakan metode elektoforesis dan menggunakan katoda sebagai zat absorbennya bisa dari karbon aktif dan logam emas pada anoda, sehingga emasnya nanti akan teroksidasi dengan sendirinya, akan tetapi dalam larutan ini harus mengandung ion-ion emas (Au3+). Dengan demikian karbon aktif ini akan menyerap zat-zat yang tidak diinginkan dari logam emas tersebut. Pemurnian logam emas ini bisa juga dengan menggunakan metode amalgamasi seperti pada pertambangan tradisional, yaitu dengan penambahan merkuri yang nantinya akan memurnikan logam emas tersebut. merkuri Hg ini sebagai media untuk mengikat emas dan menghasilkan limbah Hg dan Cu²+ dan logam berat lainnya. Akan tetapi sifat merkuri berbeda dengan karbon aktif, merkuri tidak bersifat inert. Merkuri (Hg) adalah salah satu faktor penentu dalam proses amalgamasi. merkuri yang digunakan harus berkadar tinggi atau bersih dan dalam keadaan masih baru (fresh), sehingga merkuri tersebut mempunyai daya tangkap emas dan perak dengan baik. Jumlah merkuri tidak perlu banyak, tetapi disesuaikan dengan kadar emasnya.

JACK HAMMER

ALAT BONGKAR JACK HAMMER

jackhammer adalah perkusi portabel bor. Hal ini biasanya didukung oleh udara tekan, tetapi ketika udara tekan tidak tersedia bertenaga listrik yang digunakan. Jackhammers powered Hydraulically dipasang ke mesin konstruksi, biasanya ke excavator. Bor digunakan untuk mengebor batu karang atau memecah aspal, beton dan bahan-bahan tersebut. Operasi ini mirip dengan palu dan pahat, dengan palu internal didorong di kedua arah di kasus bor pneumatik oleh ledakan alternatif udara terkompresi. Efektivitas dikendalikan dengan mendorong palu terhadap materi.

Using Jack Hammers Efficiently and Safely Menggunakan Jack Hammers efisien dan Aman

Jack hammers are also referred to as pneumatic drills and they are mainly used in the breaking down of roads, concrete pavements, and rocks. Jack hammer juga disebut sebagai pneumatik dan mereka terutama digunakan dalam pemecahan bawah jalan, trotoar beton, dan batu. Jack hammers find plenty of use in mining and excavation duties as well as in construction projects. Jack hammer juga banyak digunakan di pertambangan dan penggalian, serta dalam proyek-proyek konstruksi. In the latter task, the jack hammer finds most use in demolition duties as well as in building foundation settings.

GAMBAR I.1

JACKHAMMER

General Properties of the Jack Hammer B. Sifat-sifat umum Jack Hammer

A jack hammer has a drill-like chisel on its bottom end and supporting handles on the upper end. Sebuah jack palu memiliki bor-seperti pahat pada bagian bawah dan mendukung pegangan di ujung atas. The power on this tool is immense and greatly eclipses the capacities of any chisel and hammer combination in getting the job done. Daya alat ini sangat luas dan sangat gerhana kapasitas setiap kombinasi pahat dan palu dalam mendapatkan pekerjaan. Jack hammers exist in several types all geared towards being optimally effective for the individual task at hand. Jack palu ada dalam beberapa jenis semua diarahkan menjadi optimal efektif untuk tugas individu di tangan. The pneumatic drill is air-powered. Bor pneumatik adalah udara bertenaga. It is a portable tool which is hose connected to an air compressor. Ini adalah alat portabel yang terhubung selang ke kompresor udara. The hydraulic jack hammer is different from its pneumatic drill cousin in that the operating power is courtesy of a liquid as opposed to air. Dongkrak hidrolik palu ini berbeda dari sepupunya di bor pneumatik bahwa kekuatan operasi milik cairan sebagai lawan dari udara. The third type of these handy tools is the electric jack hammer. Jenis ketiga ini adalah alat yang berguna jack listrik palu. This tool is proper for minor construction jobs like in the house for example. Alat ini layak untuk pekerjaan konstruksi kecil seperti di rumah misalnya. It does not require much force to operate and having plugged it into an electrical socket the user can start on the job right away. Tidak memerlukan banyak kekuatan untuk mengoperasikan dan memiliki dicolokkan ke dalam soket listrik, pengguna dapat memulai pada pekerjaan segera.

Before you use the Jack Hammer C. Sebelum Anda menggunakan Jack Hammer

Using any type of jack hammer efficiently and safely requires adequate precautionary care on the part of the individual. Menggunakan semua jenis jack palu efisien dan aman memerlukan perawatan pencegahan yang memadai pada bagian dari individu. Knowledge on the operation of a jack hammer is a prerequisite that cannot be taken for granted. Pengetahuan tentang operasi sebuah palu jack merupakan prasyarat yang tidak dapat diterima begitu saja. With such knowledge you will be able to more accurately determine whether the tool is in proper shape for use to begin with. Dengan pengetahuan seperti itu Anda akan dapat lebih akurat menentukan apakah alat ini dalam bentuk yang tepat untuk digunakan untuk memulai. All the components should be tightly secured and in prime working condition. Semua komponen harus terpasang dan dalam kondisi kerja utama. Allied parts like the air hose should be free of cracks and breaks. Sekutu bagian seperti selang udara harus bebas dari retak dan istirahat. The electrical cords should similarly be free of damage. Kabel listrik juga harus terbebas dari kerusakan. Before starting on the job always ensure that the rating on the jack hammer will be sufficient for the task you have in mind. Sebelum memulai pekerjaan selalu memastikan bahwa penilaian di Jackhammer akan cukup untuk tugas yang ada akan di kerjakan di lapangan.

Once the right jack hammer has been selected it is time to start. Begitu jackhammer yang benar telah dipilih sudah waktunya untuk memulai.The distance from the compressor to the workface should be enough to sufficiently reduce the noise level.Jack hammers are quite weighty and lifting them anyhow can cause injury to the back – the leg muscles should be used in doing this. Jack hammer cukup berat dan mengangkat mereka bagaimanapun dapat menyebabkan cedera pada punggung - otot kaki harus digunakan dalam melakukan hal ini.

I.2. Precautions Pencegahan

At the work site the operator is advised to have the electrical cord slung over his back to preempt incidences where electrocution can result from cord damage. Di tempat kerja operator disarankan untuk memiliki kabel listrik tergantung di punggungnya untuk mendahului kejadian di mana listrik dapat disebabkan oleh kerusakan kabel. The proper way to move the jack hammer is to have your hand between the operating lever and handle. Cara yang tepat untuk memindahkan jackhammer adalah memiliki tangan Anda antara tuas dan menangani operasi.

In the course of drilling the jack hammer should be held at a slight angle toward you. Dalam rangka pengeboran jack hammer harus ditahan di sudut kecil terhadap Anda. This position keeps the tool in control and also avoids it getting stuck in the workface. Posisi ini menjaga alat kontrol dan itu juga menghindari terjebak dalam workface. When not in use the jack hammer should be disconnected from the power supply and the pressure relieved. Jika tidak menggunakan jackhammer harus terputus dari power supply dan tekanan lega. Only then can worn parts be replaced. Hanya kemudian dapat dipakai bagian diganti. In terms of parts, different surfaces require different drilling points. Dalam hal bagian, permukaan yang berbeda pengeboran berbeda membutuhkan poin. Chisel points are used for concrete while rock points and spade points are used for rock and asphalt surfaces respectively. Pahat poin digunakan untuk beton sementara poin dan sekop batu poin digunakan untuk batu dan permukaan aspal masing-masing.

Personal safety is of the essence when using a jack hammer. Keamanan pribadi sangat penting bila menggunakan jackhammer. The operator should be dressed in proper attire which consists of sturdy gloves, steel-toe boots, sturdy long-sleeved shirts and long pants or overall, eye protection, and hearing protection. Operator harus mengenakan pakaian yang tepat yang terdiri dari kokoh sarung tangan, sepatu bot berujung baja, kokoh kemeja lengan panjang dan celana panjang atau secara keseluruhan, pelindung mata, dan pendengaran perlindungan. Operators should also beware of extreme and sustained vibration which has been known to result in Raynaud's Disease – a condition that impairs hand blood flow. Operator juga harus berhati-hati terhadap getaran ekstrim dan berkelanjutan yang telah dikenal untuk menghasilkan Raynaud's Disease - suatu kondisi yang merusak aliran darah tangan.

i.3. PENGGOLONGAN DAN BAGIAN SUSUNAN DARI JACKHAMMER

A. Penggolongan Jackhammer:

1. Drifter JackHammer : arah pemboran horizontal, beratnya 50-100 kg.
2. Stoppers jackhammer : arah pemborannya ke atas, beratnya 30 – 50 kg.
3. Sinkers jackhammer : arah pemborannya kebawah, beratnya 12,5 – 40 kg.

Drill road holder

Shank/ Shoulder

Drill road

A. Fungsi dan susunan alat jackhammer

Drill road holder : Fungsi drill road holder adalah motor penggerak bor.

Shank/ Shouder : berfungsi sebagai kaki dari bor utama

Drill road : Berfungsi sebagai bor utama.

Kapal Keruk

Kapal Keruk atau dalam bahasa Inggris sering disebut dredger merupakan kapal yang Beroperasi dengan menghisap material melalui pipa panjang seperti vacuum cleaner dan memiliki peralatan khusus untuk melakukan pengerukan. Kapal ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan, baik dari suatu pelabuhan, alur pelayaran, ataupun industri lepas pantai, agar dapat bekerja sebagaimana halnya alat-alat levelling yang ada di darat seperti excavator dan Buldoser. Adapun pekerjaan yang dilakukan pada Kapal Keruk ini adalah Pengerukan dan Reklamasi.

A. Pengerukan adalah pekerjaan untuk memperdalam suatu perairan baik itu kolam pelabuhan, alur pelayaran, ataupun daerah lainnya, pekerjaan pengerukan terbagi atas 2 jenis yaitu capital dan maintenance.

B. Reklamasi adalah pekerjaan untuk menimbun suatu areal tertentu dengan material hasil kerukan (biasanya pasir laut) hingga ketinggian yang diinginkan.

1. Seperti kita lihat bahwa ada beerapa jenis kapakapal k l keruk antara lain yaitu :

a. Kapal Keruk Hopper / Trailing Suction Hopper Dredger adalah salah satu jenis kapal keruk yang digunakan untuk mengeruk material lepas (lunak) dengan cara dihisap, hasil kerukannya ditempatkan pada bak kapal dan dibuang langsung oleh kapal itu sendiri pada tempat yang ditentukan.

b. Kapal Keruk Bor / Cutter Suction Dredger adalah salah satu jenis kapal keruk yang digunakan untuk mengeruk material padat (keras) dengan cara dipotong dengan bor, Material yang dikeruk biasanya diisap oleh pompa pengisap sentrifugal kemudian hasil kerukannya dibuang melalui pipa-pipa pembuangan pada tempat yang ditentukan.

c. Kapal keruk Cangkram adalah salah satu jenis kapal keruk yang digunakan untuk mengeruk material padat (keras) dengan menggunakan cangkram, hasil kerukannya ditempatkan pada suatu bak lumpur (tongkang) kemudian dibuang pada tempat yang ditentukan.

Adapun factor-faktor yang menentukan untuk pemilihan kapal keruk dalam pekerjaan pengerukan diantaranya yaitu :

1. Lokasi yang akan dikeruk.

2. Data survey berupa lebar alur, kedalaman, jenis material yang akan dikeruk, dan jarak buang.

3. Target kedalaman yang diinginkan.

4. Kondisi Trafic disekitar lokasi.

Adapun factor-faktor yang menentukan untuk pemilihan kapal keruk dalam pekerjaan Reklamasi diantaranya yaitu :

1. Lokasi/areal yang akan direklamasi.

2. Jarak deposit material reklamasi dari area reklamasi.

3. Kondisi area yang akan direklamasi.

4. Luas area reklamasi.

5. System reklamasi hydrofild atau dryfild.

Sistem Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO

Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar(subgrade). Karena sistem ini ditujukan untuk pekerjaan jalan tersebut,maka penggunaan sistem ini dalam prakteknya harus dipertimbangkan terhadap maksud aslinya.

Sistem ini membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 Sampai dengan A-7. Tanah yang terklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3 merupakan tanah granuler yang memiliki partikel yang lolos saringan No. 200 kurang dari 35%. Tanah yang lolos saringan No. 200 lebih dari 35% diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7.

Tanah-tanah dalam kelompok ini biasanya merupakan jenis tanah lanau dan lempung. Sistem klasifikasi menurut AASHTO disajikan dalam Tabel 3.5 yang mana didasarkan pada kriteria sebagai berikut ini :

1. Ukuran partikel

a. Kerikil : fraksi yang lolos saringan ukuran 75 mm (3 in) dan tertahan pada saringan No. 10.

b. Pasir : fraksi yang lolos saringan No. 10 (2 mm) dan tertahan pada saringan No. 200 (0,075 mm).

c. Lanau dan lempung : fraksi yang lolos saringan No. 200.

2. Plastisitas : tanah berbutir halus digolongkan lanau bila memiliki indek plastisitas, PI ≤10, dan dikategorikan sebagai lempung bila mempunyai indek plastisitas, PI ≥11. Gambar 3.24 memberikan grafik plastisitas untuk klasifikasi tanah kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7.

Kualitas tanah sebagai bahan tanah dasar jalan raya, dalam AASHTO, dinyatakan dengan Indek Kelompok (group index, GI) yang ditulis didalam tanda kurung setelah kelompok atau sub-kelompok tanah. Indek kelompok ini diberikan dalam persamaan :

GI =(F200 – 35)(0,2 + 0,005) (LL – 40))0,01(F200 – 15)(PI – 10)

(3.20)

Dimana,F200 adalah persentase lolos saringan No. 200, LL dan PI adalah batas cair dan indek plastisitas. Suku pertama dalam persamaan (20), (F200 - 35)[0,2 + 0,005(LL - 40)] − + − merupakan bagian indek kelompok yang ditentukan dari batas cair. Sedangkan, suku keduanya yaitu 0,01(F200 - 15)(PI -10) adalah bagian dari indek kelompok yang ditentukan dari indek plastisitas. Berikut ini diberikan aturan untuk menentukan indek kelompok dari persamaan (3.20).

1. Jika persamaan (3.20) menghasilkan nilai GI negatif, maka ditetapkan sebagai 0.

2. Indek kelompok yang dihitung dari persamaan (20) dibulatkan ke nilai terdekat, misalnya : GI = 3,4 dibulatkan menjadi 3, GI = 3,5 dibulatkan menjadi 4.

3. Tidak terdapat batas atas untuk indek kelompok.

4. Indek kelompok tanah yang mengikuti kelompok A-1-a, A-1-b, A-2-4, A-2-5, dan A-3 adalah selalu 0.

5. Untuk tanah kelompok A-2-6 dan A-2-7, indek kelompok dihitung dari suku kedua persamaan (20), yaitu :

GI =0,01(F200 - 15)(PI - 10)

KLASIFIKASI TANAH BERDASARKAN AASHTO 1993

1. Metoda AASHTO’93

Salah satu metoda perencanaan untuk tebal perkerasan jalan yang sering digunakan adalah metoda AASHTO’93. Metoda ini sudah dipakai secara umum di seluruh dunia untuk perencanaan serta di adopsi sebagai standar perencanaan di berbagai negara. Metoda AASHTO’93 ini pada dasarnya adalah metoda perencanaan yang didasarkan pada metoda empiris. Parameter yang dibutuhkan pada perencanaan menggunakan metoda AASHTO’93 ini antara lain adalah :

a. Structural Number (SN)

b. Lalu lintas

c. Reliability

d. Faktor lingkungan

e. Serviceablity

1.1 Structural Number

Structural Number (SN) merupakan fungsi dari ketebalan lapisan, koefisien relatif lapisan (layer coefficients), dan koefisien drainase (drainage coefficients). Persamaan untuk Structural Number adalah sebagai berikut :

SN = a1D1 + a2D2m2 + a3D3m3 …………………………………..(Pers.1)

Dimana :

SN = nilai Structural Number.

a1, a2, a3 = koefisien relatif masing‐masing lapisan.

D1, D2, D3 = tebal masing‐masing lapisan perkerasan.

m1, m2, m3 = koefisien drainase masing‐masing lapisan.

1.2 Lalu Lintas

Prosedur perencanaan untuk parameter lalu lintas didasarkan pada kumulatif beban gandar standar ekivalen (Cumulative Equivalent Standard Axle, CESA). Perhitungan untuk CESA ini didasarkan pada konversi lalu lintas yang lewat terhadap beban gandar standar 8.16 kN dan mempertimbangkan umur rencana, volume lalu lintas, faktor distribusi lajur, serta faktor bangkitan lalu lintas (growth factor).

1.3 Reliability

Konsep reliability untuk perencanaan perkerasan didasarkan pada beberapa ketidaktentuan (uncertainties) dalam proses perencaaan untuk meyakinkan alternatif-alternatif berbagai perencanaan. Tingkatan reliability ini yang digunakan tergantung pada volume lalu lintas, klasifikasi jalan yang akan direncanakan maupun ekspetasi dari pengguna jalan.

Reliability didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa tingkat pelayanan dapat tercapai pada tingkatan tertentu dari sisi pandangan para pengguna jalan sepanjang umur yang direncanakan. Hal ini memberikan implikasi bahwa repetisi beban yang direncanakan dapat tercapai hingga mencapai tingkatan pelayanan tertentu.
Pengaplikasian dari konsep reliability ini diberikan juga dalam parameter standar deviasi yang mempresentasikan kondisi-kondisi lokal dari ruas jalan yang direncanakan serta tipe perkerasan antara lain perkerasan lentur ataupun perkerasan kaku. Secara garis besar pengaplikasian dari konsep reliability adalah sebagai berikut:

a. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan klasifikasi dari ruas jalan yang akan direncanakan. Klasifikasi ini mencakup apakah jalan tersebut adalah jalan dalam kota (urban) atau jalan antar kota (rural).

b. Tentukan tingkat reliability yang dibutuhkan dengan menggunakan tabel yang ada pada metoda perencanaan AASHTO’93. Semakin tinggi tingkat reliability yang dipilih, maka akan semakin tebal lapisan perkerasan yang dibutuhkan.

c. Satu nilai standar deviasi (So) harus dipilih. Nilai ini mewakili dari kondisi‐kondisi lokal yang ada. Berdasarkan data dari jalan percobaan AASHTO ditentukan nilai So sebesar 0.25 untuk rigid dan 0.35 untuk flexible pavement. Hal ini berhubungan dengan total standar deviasi sebesar 0.35 dan 0.45 untuk lalu lintas untuk jenis perkerasan rigid dan flexible.

1.4 Faktor Lingkungan

Persamaan-persamaan yang digunakan untuk perencanaan AASHTO didasarkan atas hasil pengujian dan pengamatan pada jalan percobaan selama lebih kurang 2 tahun. Pengaruh jangka panjang dari temperatur dan kelembaban pada penurunan serviceability belum dipertimbangkan. Satu hal yang menarik dari faktor lingkungan ini adalah pengaruh dari kondisi swell dan frost heave dipertimbangkan, maka penurunan serviceability diperhitungkan selama masa analisis yang kemudian berpengaruh pada umur rencana perkerasan.

Penurunan serviceability akibat roadbed swelling tergantung juga pada konstanta swell, probabilitas swell, dll. Metoda dan tata cara perhitungan penurunan serviceability ini dimuat pada Appendix G dari metoda AASHTO’93.

1.5 Serviceability

Serviceability merupakan tingkat pelayanan yang diberikan oleh sistem perkerasan yang kemudian dirasakan oleh pengguna jalan. Untuk serviceability ini parameter utama yang dipertimbangkan adalah nilai Present Serviceability Index (PSI). Nilai serviceability ini merupakan nilai yang menjadi penentu tingkat pelayanan fungsional dari suatu sistem perkerasan jalan. Secara numerik serviceability ini merupakan fungsi dari beberapa parameter antara lain ketidakrataan, jumlah lobang, luas tambalan, dll.

Nilai serviceability ini diberikan dalam beberapa tingkatan antara lain :
a. Untuk perkerasan yang baru dibuka (open traffic) nilai serviceability ini diberikan sebesar 4.0 – 4.2.
Nilai ini dalam terminologi perkerasan diberikan sebagai nilai initial serviceability (Po).

b. Untuk perkerasan yang harus dilakukan perbaikan pelayanannya, nilai serviceability ini diberikan sebesar 2.0. Nilai ini dalam terminologi perkerasan diberikan sebagai nilai terminal serviceability (Pt).

c. Untuk perkerasan yang sudah rusak dan tidak bisa dilewati, maka nilai serviceability ini akan diberikan sebesar 1.5. Nilai ini diberikan dalam terminologi failure serviceability (Pf).

2. Persamaan AASHTO’93

Dari hasil percobaan jalan AASHO untuk berbagai macam variasi kondisi dan jenis perkerasan, maka disusunlah metoda perencanaan AASHO yang kemudian berubah menjadi AASHTO. Dasar perencanaan dari metoda AASHTO baik AASHTO’72, AASHTO’86, maupun metoda terbaru saat sekarang yaitu AASHTO’93 adalah persamaan seperti yang diberikan dibawah ini: 8.07-Mr10log32.25.191)(SN10940.40Pf-PoPt-Po10log 0.20 - 1)SN(109.36log So RZ 18W 10log++++++=……..(2)

Dimana:

W18 = Kumulatif beban gandar standar selama umur perencanaan (CESA).

ZR = Standard Normal Deviate.

So = Combined standard error dari prediksi lalu lintas dan kinerja.

SN = Structural Number.

Po = Initial serviceability.

Pt = Terminal serviceability.

Pf = Failure serviceability.

Mr = Modulus resilien (psi)

3. Langkah-Langkah Perencanaan Dengan Metoda AASHTO’93

Langkah-langkah perencanaan dengan metoda AASHTO’93 adalah sebagai berikut:
a. Tentukan lalu lintas rencana yang akan diakomodasi di dalam perencanaan tebal perkerasan. Lalu lintas rencana ini jumlahnya tergantung dari komposisi lalu lintas, volume lalu lintas yang lewat, beban aktual yang lewat, serta faktor bangkitan lalu lintas serta jumlah lajur yang direncanakan. Semua parameter tersebut akan dikonversikan menjadi kumulatif beban gandar standar ekivalen (Cumulative Equivalent Standard Axle, CESA).

b. Hitung CBR dari tanah dasar yang mewakili untuk ruas jalan ini. CBR representatif dari suatu ruas jalan yang direncanakan ini tergantung dari klasifikasi jalan yang direncanakan. Pengambilan dari data CBR untuk perencanaan jalan biasanya diambil pada jarak 100 meter. Untuk satu ruas jalan yang panjang biasanya dibagi atas segmen-segmen yang mempunyai nilai CBR yang relatif sama. Dari nilai CBR representatif ini kemudian diprediksi modulus elastisitas tanah dasar dengan mengambil persamaan sebagai berikut:

E = 1500 CBR (psi) ……………………………………………………………(3)
Dimana :

CBR = nilai CBR representatif (%).

E = modulus elastisitas tanah dasar (psi).

c. Kemudian tentukan besaran-besaran fungsional dari sistem perkerasan jalan yang ada seperti Initial Present Serviceability Index (Po), Terminal Serviceability Index (Pt), dan Failure Serviceability Index (Pf). Masing-masing besaran ini nilainya tergantung dari klasifikasi jalan yang akan direncanakan antara lain urban road,

country road, dll.

d. Setelah itu tentukan reliability dan standard normal deviate. Kedua besaran ini ditentukan berdasarkan beberapa asumsi antara lain tipe perkerasan dan juga klasifikasi jalan.

e. Menggunakan data lalu lintas, modulus elastisitas tanah dasar serta besaran-besaran fungsional Po, Pt, dan Pf serta reliability dan standard normal deviate kemudian bisa dihitung Structural Number yang dibutuhkan untuk mengakomodasi lalu lintas rencana. Perhitungan ini bisa menggunakan grafik-grafik yang tersedia atau juga bisa menggunakan rumus AASHTO’93 seperti yang diberikan pada Persamaan 2 diatas.

f. Langkah selanjutnya adalah menentukan bahan pembentuk lapisan perkerasan. Masing‐masing tipe bahan perkerasan mempunyai koefisien layer yang berbeda. Penentuan koefisien layer ini didasarkan pada beberapa hubungan yang telah diberikan oleh AASHTO’93.

g. Menggunakan keofisien layer yang ada kemudian dihitung tebal lapisan masing-masing dengan menggunakan hubungan yang diberikan pada Persamaan 1 diatas dengan mengambil koefisien drainase tertentu yang didasarkan pada tipe pengaliran yang ada.

h. Kemudian didapat tebal masing-masing lapisan. Metoda AASHTO’93 memberikan rekomendasi untuk memeriksa kemampuan masing‐masing lapisan untuk menahan beban yang lewat menggunakan prosedur seperti yang diberikan pada langkah berikut ini:

Surface courseBase courseSubbase courseD1D2D3SN1SN2SN3Road base course
Gambar 1. Ketentuan Perencanaan Menurut AASHTO’93

a1SN *D11≥

11 *1 1SN Da *SN≥= 2122a*SN - SN *D≥

221SN *SN *SN≥+ 32133a)*SN *(SN - SN *D+≥

Dimana:

ai = Koefisien layer masing-masing lapisan.

Di = Tebal masing-masing lapisan.

SNi = Structural Number masing-masing lapisan.

Keterangan : D dan SN yang mempunyai asterisk (*) menunjukkan nilai aktual yang digunakan dan nilainya besar atau sama dengan nilai yang dibutuhkan.